COWASJP.COM – Peristiwa mengharukan terjadi saat R. Hadianto menutup pidato promosi doktoralnya di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat 13 Juli 2024. Bahwa riset yang ia lakukan, terinspirasi dari sosok Doni Monardo yang terkenal dengan semboyannya, “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”.
Hari itu, promovendus R. Hadianto menjalani ujian terbuka yang merupakan evaluasi akhir terhadap disertasi guna menentukan predikat kelulusan dan pemberian gelar doktor.
Judul disertasinya adalah “Model Kesiapsiagaan Bencana Banjir Berbasis Perilaku Berwawasan Lingkungan, (Studi Pada Masyarakat Tepi Sungai Ciliwung, Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur)”.
Dalam kesempatan itu, bertindak selaku ketua sidang, Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si. Adapun promotor adalah Prof. Dr. Ing. Ir. Dwita Sutjiningsih, Dipl.HE, dengan Ko-Promotor 1, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si, Ph.D, dan Ko-Promotor 2 Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si.
Enam orang doktor bertindak selaku penguji. Mereka adalah, Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Sc, Dr. Lilik Kurniawan, S.T., M.Si, Drs. Raldi Hendrotomo Seputro Koestoer, M.Sc, Ph.D, APU, Dr. Evi Frimawaty, S.Pt, M.Si, Dr Fatimah, S.K.M, M.Si, dan Dr. Ir. Dwi Nowo Martono, M.Si.
R. Hadianto, memperoleh nilai A, indeks prestasi kumulatif 3,84. Karenanya, ia berhak dianugerahi judisium cum laude. Hadianto pun menjadi doktor ke-223 yang diluluskan Sekolan Tinggi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia.
Doni Monardo yang semasa hidupnya beberapa kali memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Lingkungan UI, pasti tersenyum bangga di surga.
Peristiwa promosi doktor itu diceritakan oleh Egy Massadiah, Tenaga Ahli BNPB 2019-2021.
Pertalian Doktor Hadiyanto dengan Doni sudah terjadi sejak Doni menjabat Pangdam III/Siliwangi (2017 – 2018), dan mencanangkan program “Citarum Harum”. Di situ, Hadianto belajar konsep “perubahan perilaku” yang dicanangkan Doni.
Program Citarum Harum menyasar untuk mengubah perilaku masyarakat di bantaran sepanjang Sungai Citarum, dari kebiasaan membuang sampah ke sungai, menjadi “malu membuang sampah ke sungai”. Program itu pun berhasil karena Doni melakukan pelibatan semua unsur, yang dikenal dengan istilah Pentahelix. Yakni pelibatan unsur pemerintah, masyarakat, pengusaha, akademisi, dan media.
SAR Dog
Itu artinya, jika dirunut, Hadianto memang kerap berinteraksi dengan Kepala BNPB 2019 – 2021, (alm) Letjen TNI Doni Monardo. Dalam beberapa kasus bencana alam, ia hadir bersama anjing pelacak korban (SAR Dog). Hadianto bahkan secara khusus memperkenalkan Alva kepada Doni Monardo di rumah dinas Gubernur Sulawesi Barat, saat gempa dahsyat yang meluluh-lantakkan Mamuju dan Majene, Januari 2021.
"Waktu gempa Mamuju, Hadianto membawa Alva (Dog Sar) dan ngobrol dengan Pak Doni di teras rumah jabatan Gubernur Sulbar. Saya masih menyimpan fotonya," ujar Egy yang juga wartawan senior itu seraya memperlihatkan foto Alva, Hadianto dan Doni.
Anjing berbulu putih yang diberinya nama Alva itu telah dilatih khusus untuk melacak korban bencana. Ia bisa mengendus keberadaan korban, sekalipun di bawah reruntuhan bangunan. Alva akan menyalak sesuai dengan kondisi korban.
Contoh, jika korban timbunan masih bernafas, ia akan menggonggong dengan gonggongan pendek-pendek. Sebaliknya, jika ia menemukan korban yang sudah tak bernyawa, maka Alva akan menggonggong panjang, laiknya gonggongan serigala.
Di Mamuju, Alva sangat berjasa menemukan korban, baik yang dalam keadaan luka-luka, maupun meninggal di bawah reruntuhan bangunan.
Tak hanya di Mamuju, Hadianto dengan Alva-nya kembali membantu Doni Monardo (BNPB) ketika menangani bencana siklon tropis Seroja yang menghantam hampir seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), April 2021. “SAR Dog sangat efektif menyasar korban yang tertimbun,” kata Doni Monardo kepada pers, ketika itu. (*)