Dahlan Iskan, Manifesto Kopi Oey

Foto bersama para mantan wartawan dan karyawan Jawa Pos di Jakarta di reuni ke 11. Salam sehat selalu, semoga bahagia dan mulia. (FOTO: CoWas HP Jabodetabek)

COWASJP.COM – Dahlan Iskan, mantan CEO Koran Jawa Pos, dipolisikan Jawa Pos ke Polda Jatim. Ia memimpin Jawa Pos 1982 sampai ditendang pemegang sahamnya 2017. Tuduhannya pasal penggelapan. Tapi sudah seminggu lebih berita beredar, Polda Jatim belum menjelaskan, penggelapan apa?

Masyarakat heran. Terutama ratusan mantan wartawan Jawa Pos yang tersebar di berbagai kota Indonesia dan mancanegara. Heran, tuduhan penggelapan, kok gelap (belum dijelaskan, padahal sudah seminggu lebih). Ini ada apa?

Wartawan Jawa Pos di Washington DC, AS, 1994 - 2000, Irawan Nugroho, mengumpulkan teman2nya mantan Jawa Pos di resto Kopi Oey, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu, 12 Juli 2025. Itu cuma selemparan batu dengan bekas kantor Jawa Pos, Jl Prapanca Raya 40. Dihadiri 13 senior Jawa Pos:

Irawan Nugroho, Djono W. Oesman, Adi Tubagus, Umar Fauzi, Patrick Sorongan Waraney, Kris Moerwanto, Iwan Samariansyah, Irwan Setiawan, Yulfarida Arini, Yu Srie Rahayu, Anggie D. Widowati, @Puji Dwiati Handayani, @Abdul Qodir, Ghofir Asnawi.

BACA JUGA: Persamuhan Kopi Oey 2025​

Kami diskusi 2 jam soal Dahlan dipolisikan. Itu konferensi pers, sebab hadirin adalah pers dan mantan pers. Ini konpres dari satu media massa, Jawa Pos.

Kami puluhan tahun jadi jurnalis Jawa Pos di bawah komando Dahlan. Dengan aneka ragam pengalaman di Jawa Pos. Pahit getir. Manis gembira. Ada yang pernah benci Dahlan pada suatu periode waktu tertentu. Ada yang kualitas kerjanya sering dipuji Dahlan. Ada yang diberi tugas jurnalistik sampai stres. Aneka ragam.

Kesimpulan konpres, Dahlan Iskan adalah guru kami. Sampai kapan pun. Tak lekang dimakan zaman. Maka, kami merapatkan barisan. Siap membela guru kami. Melawan Jawa Pos. Yang dulu jadi tempat kerja kami puluhan tahun. Aneh memang. Mantan Jawa Pos melawan Jawa Pos. Tapi begitulah.

Dasar pembelaan kami, tuduhan penggelapan ternyata gelap. Apa ini? Penggelapan uang? Berapa? Kapan? Dimana? Mengapa Dahlan menggelapkan? Bagaimana ceritanya? 

Ataukah, pembunuhan karakter? Mengapa?

Prinsip jurnalistik harus jelas, faktual, akurat, jujur, transparan. Dimana prinsip itu, yang dulu dimiliki Jawa Pos? Kemana perginya prinsip itu, Bro...

Di era medsos sekarang, kami murid Dahlan, mulai berjuang via medsos. Media massa Jawa Pos kami lawan dengan medsos. 

Ayo serbu. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda