COWASJP.COM – Ribuan santri dan warga Wajo bersatu dalam majelis shalawat penuh makna, melantunkan doa dan kerinduan pada Nabi Muhammad SAW di Lapangan Merdeka. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa MQKI 2025 bukan hanya lomba, tapi perayaan spirit dan cinta bersama menuju kedamaian dan keberkahan.
Suasana haru dan khidmat terasa kuat di udara, saat semua bersama-sama melantunkan shalawat penuh cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA: Menteri Agama Buka MQK Internasional 2025: Suara Perdamaian dan Kepedulian Iklim dari Wajo Sulsel​
Menteri Agama Prof. KH Nasaruddin Umar hadir dan mengajak semua yang berkumpul untuk menghidupkan rasa rindu pada Rasulullah. “Malam ini, mari kita hadirkan Rasulullah di hati kita. Suarakan kerinduan kita agar beliau mengenali kita sebagai umat yang merindukannya, supaya kelak kita mendapat syafaatnya,” ujar Menag disambut lantunan shalawat yang semakin merdu.
Menag juga berbagi cerita tentang kesan dari forum ilmiah MQKI di Macanang, tempat para ulama berdiskusi tentang khazanah ilmu agama. Ia menegaskan, semangat belajar dan cinta kepada Rasul tetap menyala kuat, baik di forum ilmiah maupun di majelis shalawat malam itu.
Dalam ceramahnya, Ustadz Ali Zainal Abidin Assegaf memimpin pembacaan shalawat dengan penuh khusyuk dan mengingatkan makna dalam menyebut nama Nabi.
“Siapa pun yang memanggil nama Nabi, insya Allah, ruh beliau akan selalu dekat. Shalawat ini bukan sekadar suara, tapi ikatan cinta,” ungkap Ustadz Ali.
Wajo Bershalawat membuktikan bahwa MQKI bukan hanya milik santri, tapi juga perayaan spiritual untuk semua warga. Gus Romzi, salah satu pengisi acara, menegaskan bahwa seluruh rangkaian MQKI bisa dinikmati oleh semua kalangan. “Malam ini, masyarakat datang dengan cinta tulus, membawa berkah,” katanya.
Warga Wajo merasa bangga menjadi tuan rumah MQKI dan majelis shalawat ini. Nur Amalia, warga setempat, menyatakan,
“Saya bangga sekali acara sebesar ini diadakan di Wajo. Ini jadi motivasi bagi kami untuk makin mencintai ajaran Nabi.”Generasi muda juga mendapat pengalaman spiritual yang berkesan, seperti Ismiati, mahasiswa UIN Makassar, yang berkata,
“Saya kagum dengan keseruan dan kemegahan acara ini. MQKI dan Wajo Bershalawat benar-benar menghidupkan rasa rindu kepada Nabi Muhammad.”
Selain spiritual, acara ini turut membuka ruang bagi penguatan ekonomi lokal.
Santri Abid Afwan dari Pesantren Mazra’atul Akhirah Pinrang memaparkan, “Kami belajar dan berlatih berwirausaha dengan menjual produk hasil inkubasi kemandirian pesantren yang bekerjasama dengan UMKM sekitar.”
Di bawah langit malam yang cerah, dengan gemerlap lampu dan bintang, ribuan jiwa bershalawat bersama. Wajo Bershalawat bukan sekadar acara tambahan—ini adalah simbol cinta, persatuan, dan kerinduan umat kepada Nabi Muhammad SAW, menjadikan Wajo sebagai pusat semangat internasional sekaligus panggung rindu yang menembus langit. (*)