Menanti Kejutan dari DWO
Lebih dari 20-an tahun saya tak pernah kontak lagi dengan Djono Wikanto Oesman. Inisial dalam beritanya dulu ketika masih di Jawa Pos adalah DWO.
SelengkapnyaLebih dari 20-an tahun saya tak pernah kontak lagi dengan Djono Wikanto Oesman. Inisial dalam beritanya dulu ketika masih di Jawa Pos adalah DWO.
SelengkapnyaKok pakai kata ‘akhirnya’? Juga disampaikan gembira?
SelengkapnyaKARENA tidak dapat hadir dalam Reuni dan Ulang Tahun ke-2 Cowas JP di Grand Hotel, Surabaya, Minggu (13/8) ini, saya ingin sekadar sumbang saran yang mungkin “worthed” untuk diperbincangkan ke depan.
SelengkapnyaJawa Pos (JP) bangkit, antara 1982-1994. Bangkit dari koran sama sekali tidak laku.
SelengkapnyaBEBERAPA waktu terakhir, ada beberapa konCo laWas yang akan menulis dan menerbitkan buku history Jawa Pos.
SelengkapnyaSalah satu episode terindah hidup saya, sebelum menjadi wartawan Jawa Pos adalah, ketika mlali-mlali, jalan-jalan berpetualang di Pulau Dewata, Bali.
SelengkapnyaItu dulu... Tahun 1980-an sampai dekade tengah 1990-an. Ketika JP bangkit dari koran tidak laku jadi laku.
SelengkapnyaIni cerita lama.. Saat bersama rombongan besar JP Group berkunjung selama 2 minggu di Eropa.. April 1995.
SelengkapnyaTANPA kita sadari, sesungguhnya silaturahmi sangat penting dalam kehidupan bersosial. Banyak cara yang bisa dilakukan semisalnya dengan ''Ngopi Bareng''.
SelengkapnyaTersingkapnya ajaran ati, sok berani meniru pujangga/ahli kitab, hal itu sangatlah bodoh sekali, tetapi karena ingin dipuja, tidak tahu kalau banyak yang menertawakan, memaksa untuk mengarang, bahasanya kacau, kata-katanya sia-sia
Selengkapnya