COWASJP.COM – ockquote>
C A T A T A N: UMAR FAUZIAJA
--------------------------------------------
KABAR bahwa sejumlah rumah mewah di London, Inggris, dimiliki keluarga Cendana sudah bukan rahasia lagi. Adik tiri mantan Presiden Soeharto yang juga pengusaha kondang Probosutedjo sudah mengakui hal tersebut. Seperti apakah bentuk asset bangunan mewah keluarga Cendana di negeri Ratu Elizabeth II itu..? wartawan cowasjp.com Umar Fauzi yang pada April 1994 pernah tinggal satu bulan di rumah mewah milik Probo, di belahan selatan London, menuturkan pengalamannya.
Semula saya mengira sebuah rumah mewah dengan tulisan Norfolk House 38A, Putney Hill SW 15-6AQ London, bukan milik Probo. Tetapi alamat yang ada di tangan saya memang aesuai dengan yang tertera di rumah mewah tersebut. Akhirnya saya putuskan masuk ke halaman rumah mewah itu dengan perasaan sedikit deg-degan. Terus terang saja saya takut salah alamat. Setelah kenop bel saya pencet, tak lama kemudian, seorang mahasiswi berparas lumayan asal Ujungpandang muncul dari balik pintu. Setelah berkenalan sejenak lalu menjelaskan maksud dan tujuan datang ke London, saya langsung dipersilakan masuk.
Saya masih ingat betul, April 1994. Saya adalah satu-satunya wartawan Indonesia yang mendapat hadiah undian dari Probo untuk meliputi turnamen tenis Wimbledon. Saya datang ke London sebelum rombongan Probo tiba. Probo dan rombongan dari Jakarta dijadwalkan tiba di London seminggu kemudian dengan tujuan menonton pertandingan semifinal hingga babak grand final tenis di Wimbledon.
Seperti semua orang maklum, saat itu Probo adalah sosok pengusaha sukses yang juga memiliki kegemaran menyaksikan pertandingan tenis. Kegemaran nonton pentas olahraga ayun raket itu juga diwujudkan dengan didirikannya sebuah klub tenis bergengsi Mercu Buana, di Jakarta. Klub tenis ini telah banyak melahirkan deretan petenis unggulan nasional. Yayuk Basuki adalah lulusan klub ini.
Nama Probosutedjo sendiri sudah tidak asing lagi di kalangan panitia Wimbledon. Lantaran sejak 1976 Probo bersama rombongan hampir tidak pernah absen menyaksikan pergelaran tenis paling bergengsi di dunia itu.
Karena alasan ini, agaknya, Probo sengaja membeli rumah di kawasan Putney Hill. Soalnya, ini merupakan lokasi strategis karena tidak jauh dengan perkampungan elite Wimbledon. Cukup menyeberangi jalan depan rumah, naik bus umum nomor lambung 39, tidak sampai 10 menit sudah sampai ke Wimbledon.
LAPANGAN TENISNYA "MIRIP" WIMBLEDON
Sebagai gambaran, luas perkarangan rumah Probo sekitar 2 ribu meter persegi. Tetapi, yang dipakai untuk bangunan rumah hanya sekitar seperempatnya. Selebihnya adalah halaman parkir di depan rumah yang bisa menampung sekitar delapan hingga sepuluh sedan.
Pemandangan di sekitar serambi depan tampak asri karena terdapat tumbuhan bunga bermekaran, pohon cemara, serta pot-pot bunga yang tertata rapi. Demikian juga suasana halaman belakang rumah yang tampak lega, memanjang dengan hamparan rumput hijau yang dipangkas rapi.
Di atas hamparan rumput itu, terdapat bentangan net tenis yang bisa digunakan keluarga dekat Probo untuk mencari keringat dengan bermain tenis di atas lapangan rumput seperti layaknya pertandingan di Wimbledon.
Suasana halaman belakang semakin asri karena pembatas halaman antartetangga kiri dan kanan tidak ditutup tembok, tetapi dipagari dengan tanaman buah pir yang waktu itu sedang berbuah lebat.
Bangunan fisik rumah Probo itu berlantai empat berikut basement-nya. Setelah melewati pintu utama bagian depan yang terbuat dari kayu jati, saya sempat bingung. Sebab, disitu saya hanya melihat ruang kosong yang cukup luas. Di bagian tengah hanya terdapat jamban berukuran besar berisi puluhan kolekso payung. Sedangkan di beberapa sudut terlihat pot-pot berukuran sedang berisi bunga-bunga kering.
Setelah melewati satu pintu lagi di bagian tengah, mata saya kaget karena di bagian tengah ruangan itu terdapat ruang tamu yang ditata dengan berbagai ornamen klasik serta berkualitas mahal. Meski tidak mengenakan sepatu, kaki saya tidak dingin karena lantainya terbuat dari kayu yang di desain menyerupai ubin mengkilap. Di ruang dekat tangga menuju lantai dua, ada pesawat telepon di atas meja marmer berikut satu kursi. Di atas meja telepon itu pula, tersedia berbagai makanan kecil, mulai dari permen, cokelat, dodol hingga cerutu.
Sekitar lima langkah dari meja telepon, terdapat pintu kaca berukuran sedang menuju paviliun. Paviliun itu juga di desain elite karena siapa pun yang berada di ruang itu tak ubahnya seperti ada dalam akuarium berukuran besar. Kecuali lantai, seluruh dinding hingga atap bangunan terbuat dari kaca berukuran tebal yang tembus pandang. Saya bertanya mengapa ruangan ini harus dibuat dari kaca....(bersambung)