COWASJP.COM – style="text-align:center">O l e h: Sudirman
-------------------------
DENGARKAN percakapan ini. “Kapan pertemuan kelompok diadakan lagi,” kata seorang ibu rumah tangga kepada ketua kelompok PKK.
“Ya, awal bulan pertama seperti biasa Bu,” jawab sang ketua kelompok singkat.
Seperti kita ketahui, kehidupan bertetanga lewat pertemuan kelompok PKK, arisan, pengajian rutin memang sudah sejak lama dilakukan oleh warga yang tinggal di kompleks perumahan dan perkampungan lama di Surabaya dan kota-kota lain. Mereka sangat guyub menghadiri pertemuan rutin yang diadakan setiap bulan. Dulu, pertemuan kelompok semacam ini biasanya dipakai sebagai ajang ngobrol sana-sini alias “ngerumpi.”
Berdasarkan catatan, kegiatan antartetangga ini sangat efektif untuk diskusi mengenai hal-hal aktual yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, membicarakan kejahatan dengan kekerasan (curas), narkoba dan lain-lain. Bahkan tentang teroris yang menyusup ke pemukiman penduduk.
Beberapa hari lalu, saya sempat mengikuti kegiatan kelompok di sebuah kompleks perumahan. Bapak maupun ibu yang hadir di acara itu tidak lagi membicarakan kegiatan di wilayahnya. Dalam pertemuan tersebut ada yang bicara mengenai masalah ekonomi, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang sering melakukan operasi tangkap tangan (OTT), dan lain-lain.
Melihat kegiatan kelompok di atas, rasanya kesadaran warga untuk “Tut Wuri” membantu pemerintah sangat jelas. Misalnya bila terjadi kejahatan di wilayahnya dengan cepat warga bisa memberikan informasi melalui media sosial.
Gus Ipul saat menghadiri dalam salah satu acara di Bondowoso, (Foto: Dok/Times Indonesia).
Saya secara pribadi “angkat topi” pada program Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf (Gus Ipul). Di saat menjabat sebagai Wagub yang kedua kali mendampingi Pakde Karwo, beliau bisa meluncurkan program “Gerakan Peduli Tetanggga” (GPT). Kalau gerakan ini berjalan dengan baik dan istiqomah, maka hasilnya akan luar biasa. Betapa tidak, informasi yang berasal dari bawah (warga) akan membantu pemerintah. Khususnya membantu penegak hukum untuk lebih cepat mengantisipasi kemungkinan terjadinya tindak kejahatan. Ya, istilah kerennya warga yang peduli tersebut bisa dibilang sebagai “Intel Swasta”.
Menurut rencana, Gerakan Peduli Tetangga ini akan di-launching di Sidoarjo. Kalau gerakan tersebut diluncurkan di Kota “Udang” tepat sekali. Sebab, berdasarkan catatan akhir-akhir ini di kabupaten yang bertetangga dengan Kota Matropolis Surabaya ini sering terjadi tindak kejahatan yang menonjol. Namun demikian, berkat kerja keras aparat setempat, pelaku tindak kejahatan dalam waktu singkat berhasil dibekuk.
Melalui Gerakan Peduli Tetangga ini, warga akan bisa mengunduh aplikasi yang dinamakan Tetangga. Sedangkan bentuk aplikasinya mirip Facebook dan Twiter. Aplikasi ini mempunyai banyak manfaat. Misalnya warga yang peduli bisa mudah memberikan informasi di lingkungannya. Jalurnya mulai dari tingkat terbawah yaitu RT, kelurahan sampai ke provinsi. Kata Gus Ipul, aplikasi tersebut juga bisa sebagai sarana komunikasi untuk memutuskan masalah-masalah lingkungan dan antarperangkat pemerintahan.
Setelah launching “Gerakan Peduli Tetangga” di Sidoarjo, akan disosialisasikan ke Surabaya, Gresik, Jember, Kota Kediri, Kota Jember dan Kota Malang. Perlu diketahui ketua RT dan RW bertugas sebagai Admin yang mengelola grup di media sosial (Medsos) tersebut. Salut dengan program Gus Ipul, Semoga sukses. ***