COWASJP.COM – ockquote>
O LE H: Imam Kusnin Ahmad
----------------------------------------
SEBAGAI aktivis Banser, kami punya banyak teman. Berbagai karakter. Tapi kali ini kami ingin menuliskan yang ringan, tapi yang unik. Bahwa ada teman saya, maaf harus saya samarkan identitas diri dan namanya, yang mengalami belasan kali nikah, bahkan ada yang 23 kali nikah.
Koq bisa semudah itu. Inilah yang unik. Ada teman saya ketika berada di warung didatangi pengamen cewek cantik usia 18 tahun. Pengamen brondong cantik itu diberi uang Rp 40 ribu. Kemudian terjadi dialog. Pucuknya, brondong cantik itu diminta untuk nikah dengannya. Siang ketemu, malam itu juga teman saya dan pengamen cantik itu menghadap penghulu. Dadi wis (jadilah sudah).
Ini benar-benar kisah nyata.
Temanku memang beraneka. Ada yang ulama dan kiai, ada yang seniman, ada yang pedagang, ada yang budayawan, ada yang pegawai negeri, ada yang TNI dan Polri. Ada juga yang buruh tani. Bahkan ada juga yang pengamen.
Ada yang memiliki tabiat dan kelakuan yang aneh-aneh. Khususnya masalah isteri. Sebab ada di antara mereka isterinya satu, dua, tiga dan empat. Bahkan, lebih dari itu. Saya tidak menceritakan temanku yang beristri satu, dua atau tiga. Tapi, yang lebih dari itu.
Yang pertama temanku dari Madura. Tempat tinggalnya di Kabupaten Sumenep. Sebut saja nama Fulan Bin Fulan. Satu tahun lalu umurnya sekitar 42 tahun. Dia tokoh masyarakat dan pernah menjabat sebagai ketua salah satu ormas pemuda.
Di samping mengajar dia juga nyambi bekerja sebagai penyedia jasa tenaga kerja dan penyedia pejalan Haji dan Umroh. Karena itu dia punya banyak kenalan dan sering bepergian.
Orangnya tidak begitu ganteng, tapi sangat meyakinkan. Ke mana-mana berbusana ala Timur Tengah. Bersorban plus baju jubah. Saya tidak pernah mengorek masalah pribadinya. Secara tidak sengaja dia sendiri yang bercerita kepada saya.
Waktu itu saya sedang ada acara berkunjung ke Madura bersama teman dari Tulungagung. Pertama yang kukunjungi adalah kabupaten Sampang dan Sumenep. Lalu balik ke Pamekasan dan Bangkalan. Pas kunjungan ke Sumenep itulah si Fulan bercerita.
Saat itu sekitar pukul 21.00 WIB. Saya mampir ke rumah Fulan yang memang memiliki lembaga pendidikan. Halaman rumahnya tidak begitu luas. Berjajar bangunan, meski tidak begitu besar.
Seperti lazimnya teman-temanku di Madura, kalau aku datang pasti disambut dengan ramah bak keluarga sendiri. Senda gurau pun berderai. Tanpa basi-basi. Biasa guyonan pria kalau ketemu pria ujung-ujungnya pasti membicarakan bini alias isteri.
”Pak Ika berapa isteri sampean sekarang?’’ tanya Fulan.
Aku dan temanku sempat kaget. Namun dengan santai aku dan temanku menjawab apa adanya. ”Ya satu Cak...mau dua tidak ada modal,’’ jawabku sekenanya yang disambut tawa lepas temanku tadi.
“Masak sekelas Cak Ika bininya cuma satu. Jangan cak. Kasihan wanita,’’ lanjut Fulan.
Temanku yang dari Tulungagung juga menimpali. ”Ya kalau kita-kita paling-paling mampunya satu, Sak.’’
“Wah, sampean itu bagaimana? Jatah sampean itu minimal empat isteri. Jangan takut. Jangan seperti pegawai negeri mau beristeri saja kena pasal 10. Kita-kita ini kan tidak kena pasal. Ya dimaksimalkan sekalian. Minimal 4 istri,’’ katanya.
“Wahhhh,’’ kataku.
Sambil menikmati buah pisang sebagai pelengkap makan sate kambing dia berkata bahwa istrinya satu ada di Madura, satu di Surabaya, satunya di Jakarta, dan satunya lagi di Jeddah, Arab Saudi. ”Isteri saya bagi rata, di mana saya biasa singgah,’’ aku Fulan.
“Wah ke mana-mana kerasan Cak. Karena ada kemul ( selimut-red),’’ sahutku yang disambut ketawa riuh temanku.
Dia mengaku sudah 18 kali menikah. ”Cak, rata-rata yang minta dinikahi itu justeru calon istri itu sendiri. Mungkin melihat saya begini banyak cewek minta saya nikahi,’’ aku Fulan. “Tapi kalau dapatnya gampang. Biasanya istri itu juga cepat pergi dan minta cerai.’’
Ilustrasi Ziona, 64 tahun, warga India masuk Guiness Book of Records sebagai laki-laki dengan isteri terbanyak, 50 wanita. (Foto: IANS)
Dari 18 kali nikah tersebut, yang benar-benar jadi istrinya sampai sekarang hanya empat orang. “Lainnya sudah cerai. Yang langgeng itu istri pertama. Karena istri pertama nikah secara sah di KUA.
Lainnya semua nikah siri,’’ ungkapnya.
“Anak saya sudah enam, Cak. Yang ibu pertama tiga anak. Tiga istri saya lainnya satu-satu anak. Semua masih sekolah,’’ kata Fulan.
Hanya isteri pertama dan kedua yang minta dinafkahi baik lahir maupun batin. Dua isteri lainnya tidak minta nafkah lahir alias biaya hidup. Karena masing-masing sudah bekerja. Bahkan, terkadang isteri ketiga dan keempat yang memberi uang kepada istri pertama dan kedua.
”Mereka rukun semua. Kadang-kadang ada pertemuan. Intinya mereka sepakat membangun keluarga yang tenteram. Kalau ada apa-apa segera diselesaikan. Yang ngatur isteri pertama,’’ ungkapnya. Aku jadi penasaran? Cak, 18 isteri tadi dari mana saja. Apa ada perbedaan di antaranya.
“Wah, hampir dari berbagai suku aku pernah nikahi. Madura, Jawa, Sunda, Eropa, India, Kalimantan, Bugis dan Arab,’’ kata Fulan.
Yang istimewa tetap wanita Madura. Kedua Sunda, baru Jawa. “Jawa Tengah lumayan. Jawa Timur itu cashing-nya aja yang bagus, tapi pelayanannya kalah mantab dengan yang Madura dan Sunda,’’ katanya sambil ngakak.
”Ini ongguh, Sak. (Ini betul, Cak, red),’’ timpal lelaki yang hobi mengendarai mobil tanpa surat itu.
Bagaimana dengan Arab, India dan Eropa? ”Yang pernah saya nikahi yang cantik-cantik. Istilah orang Jawa Nguyah. Ini pengalaman saya lo. Mungkin orang lain tidak ngerti. Tapi produk sendiri memang lebih yahud,’’ promonya.
Mendengar pengakuan polos itu, saya dan temanku dari Tulungagung hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku sempat ngecek ke beberapa teman. Katanya memang benar-benar terjadi bahwa Fulan memang sering nikah. Apalagi kalau usahanya lancar.
“Pokoknya kalau usahanya lancar, pasti ada bini lagi,’’ kata salah seorang temannya.
Padahal kondisi ekonomi Fulan ya tidak kaya-kaya amat. Biasa-biasa saja. (bersambung)