COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: M. Nasaruddin Ismail
----------------------------------------
SEORANG bocah nampak berdiri tegap. Kaki dan tangan terikat rapat di sebuah tiang di sebuah ruangan. Wajahnya nampak lesu. Keringatnya pun mulai membasahi tubuhnya. Bocah itu merupakan salah seorang dari puluhan anak-anak yang sekolah di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya. Dia tengah menjalani terapi tulang agar bisa berdiri dengan tegak.
Kalau tangan tidak diikat nanti badannya akan melorot. Sebab, tulangnya tidak mampu menahan agar bisa berdiri tegak. Meski merupakan terapi, tapi dalam benak saya, apa tidak ada cara lain yang lebih manusiawi. Atau paling tidak, menggunakan alat terapi lain yang lebih manusiawi. "Ini betul-betul tidak manusiawi," pikiran saya.
Meski dalam benak tidak terima dengan cara seperti itu, tapi saya pun tidak bisa berbuat banyak. Sebab, kala itu belum punya pengaruh di yayasan yang pengurusnya 99 persen kaum hawa itu.
Anak yang lagi melakukan terapi (Foto kiri) dan sedangkan foto kanan seorang bocah tengah terapi berdiri (Foto kanan). (Foto: Nasaruddin/CoWasJP.com)
Dari keprihatinan itu pula yang memberi dorongan untuk mencari dana. Walhasil, saya bisa mendapatkan uluran tangan panitia khatamal Quran di PT DIER. Dari dana tersebut bisa digunakan untuk renovasi ruang terapi YPAC tersebut, sehingga kelihatan bagus seperti sekarang.
Maka dengan alasan perbaikan itu pula, tiang yang digunakan untuk terapi berdiri anak-anak tersebut saya lepas. Meski semula berjanji untuk dipasang kembali, tapi sampai saat ini saya biarkan tergeletak di luar ruangan. Maka, berakhir pulalah terapi yang "tidak berperikemanusiaan" tersebut. Secara medis memang tidak salah. Karena tujuannya agar bocah tersebut bisa berdiri tegak. Kalau tangan tidak diikat nanti badan bisa melorot, karena kaki tidak mampu menyangga tulang badannya. (*)