COWASJP.COM – INI BUKAN tandingan International Festival Language and Cultural (IFLC) yang berlangsung DAR Constitution Hall, Washington DC, 28 April lalu. Ini hanyalah International Language Festival (ILF) “kerjaan” anak-anak mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Jika IFLC sudah yang ke-14, IFL ini baru ke-2.
Ini juga bukan tiruan IFLC. Tapi, semangat yang diusung mirip. Keduanya sepertinya berusaha untuk memberikan kontribusi terhadap keragaman bahasa dan budaya dengan mendorong dan memotivasi siswa di sekolah menengah dan perguruan tinggi serta pelajar dewasa untuk menampilkan pengetahuan dan keterampilan mereka. IFLC ‘’terbang’’ dengan sayap seni dan musik serta mempromosikan perdamaian, cinta, dan menyatukan bangsa-bangsa di dunia dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. ILF ‘’sekadar’’ memperkenalkan bahasa dan budaya berbagai Negara terhadap para pelajar dan mahasiswa.
Baca Juga : Mahasiswa Pecinta Sampah
Untuk ILF #2 2016 ini ada 10 bahasa yang dihadirkan dalam Kelas Bahasa di tiga hari perhelatan, 10-12 Mei. Ada bahasa Inggris, Turki, Arab, Mandarin, Perancis, Jerman, Spanyol, Rusia, Korea, dan Jepang. Penutur asli (native speaker) masing-masing bahasa dihadirkan dalam forum ini. Setiap kelompok dibimbing oleh tiga penutur asli. Mereka diajak berinteraksi dan mempraktikkan bahasa yang dipelajarinya dengan merancang sebuah pentas pertunjukan (performance).
Selain kelas bahasa ada agenda pemutaran film, pertunjukan seni, workshop seni dan literature, seminar literasi, dan kompetisi story telling dan poetry reading competition. Juga ada lomba review cerita pendek serta lomba foto esai. Seluruh kegiatan ini berlangsung di Mini Theatre Gedung D Perpustakaan UMY.
Di ajang ILF #2 ini juga digelar produk kreatif Bank Sampah serta lukisan hasil karya para mahasiswa yang bergabung di Self Access Center (SAC) Pusat Pelatihan Bahasa (PPB), UMY. Bank Sampah yang berpartisipasi kali ini adalah Bank Sampah Griya Sapu Lidi Perum Gumuk Indah RW 26 Sidoarum, Godean. Berbagai produk kreatif hasil daur ulang disajikan di ajang ini. Di berbagai negara, mencintai lingkungan dengan peduli sampah menjadi gaya hidup global.
TREN GLOBAL : Produk daur ulang yang ikut dipamerkan di ILF #2 Mini Theatre UMY, 10-12 Mei 2016. (Erwan W/Cowas JP)
Ketua ILF #2 Lanoke Intan Paradita menjelaskan tema kegiatan kali ini adalah World Literacy. ‘’Tujuan utamanya dapat mengasah skill mahasiswa dalam bidang bahasa dan budaya dengan cara lebih menarik dan menyenangkan,’’ ujar perempuan yang akrab disapa Miss Uke ini.
Gelaran ILF ini cukup menarik peminat. Terlihat antusiasme dari setiap kelas bahasa. Di hari pertama, terlihat ruangan di Mini Theatre penuh peserta dan terbagi dalam empat kelompok. ‘’Peserta ini akan berganti di setiap kelas bahasa. Mereka yang ikut bahasa Inggris ini, berbeda dengan bahasa Turki, Arab maupun lainnya,’’ tambah Miss Uke.
Jika IFLC yang telah digelar selama 13 tahun terakhir menampilkan keragaman multikultural, ILF terus digelar sebagai upaya memahami keragaman bahasa dan budaya dari berbagai negara. ‘’Ini sekaligus juga mempromosikan UMY sebagai world class university yang peduli akan bahasa dan budaya,’’ tegas Miss Uke.
Sebuah langkah positif yang patut diapresiasi. Inilah upaya agar anak-anak muda makin mahir berbahasa asing sehingga makin siap berkompetisi dalam pergaulan dunia. Semua tahu, batas negara kian memudar. Kita menuju pada global village. (wan)