COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Slamet Oerip Prihadi
-----------------------------------------
JAGAT Proklamator Sukarno kian marak, dengan hadirnya sebuah yayasan yang bernama Yayasan Aku dan Sukarno. Yayasan yang diprakarsai oleh penulis buku-buku Sukarno serta bloger dan wartawan senior, Roso Daras itu, diresmikan 1 Juni 2016 di Gedung Joang ’45, Jl Menteng 31, Jakarta Pusat.
“Bung Karno pernah berkata, dengan seribu orang tua, dia bisa menggeser Gunung Semeru. Tetapi bersama 10 pemuda revolusioner, dia bisa mengguncang dunia. Nah, berangkat dari ungkapan Bung Karno itu pula, maka saya mengangkat para pengurus dari unsur pemuda,” ujar Roso Daras, dalam pidato peresmian yayasan.
Di jajaran pengurus, bercokol nama perempuan aktivis GMNI bernama Meiniwan Halawa. Wanita asal Nias berusia 23 tahun itu, duduk sebagai Ketua Umum. Ia didampingi Ariandi Putra, pemuda Minang juga berusia 25 tahun, sebagai Wakil Ketua.
Sebagai Sekretaris Umum, lagi-lagi, pemuda berusia 25 tahun bernama Regia, dibantu Bahaudin, lelaki kelahiran Jakarta yang jebolan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di Bendahara Umum, Decy C. Widjaja didampingi Hani Merliana, yang masih kuliah di Universitas Mercu Buana.
“Yayasan Aku dan Sukarno saya dedikasikan untuk para pemuda, sebagai wadah berhimpun, berdiskusi, dan melaksanakan syiar ajaran Sukarno demi kemaslahatan bangsa. Karenanya, potongan tumpeng penanda diresmikannya yayasan ini, tidak akan saya serahkan kepada undangan pejabat atau tokoh nasionalis sepuh, melainkan saya persembahkan kepada perwakilan pemuda yang hadir, dalam hal ini Saudari Meiniwan Halawa,” ujar Roso Daras sesaat setelah memotong tumpeng, dan menyerahkannya kepada Meiniwan. Pekik “Merdeka!” dan “Hidup Pemuda!” bergema di ruang berkapasitas 200 orang itu.
Roso Daras saat memotong tumpeng, dan menyerahkannya kepada Meiniwan.
Sukarnopedia
Bersamaan peresmian yayasan, diresmikan pula website www.sukarnopedia.org. Website itu dibangun dengan cita-cita menyediakan ruang informasi dan interaksi seputar Bung Karno. “Kami bercita-cita, sukarnopedia akan menjadi website ensiklopedia Sukarno yang paling lengkap. Saat ini, belum banyak konten yang kami unggah, tetapi bersamaan berjalannya waktu, konten-konten seputar Sukarno akan kami upload,” ujar Meiniwan Halawa, Ketua Umum Yayasan Aku dan Sukarno.
Melalui sukarnopedia itu pula, masyarakat luas, khususnya insan Sukarnois, boleh dan bisa berkontribusi. “Berbeda dengan wikipedia yang melepas setiap materi kontribusi netizen, maka di Sukarnopedia kami menerapkan kebijakan admin. Jadi, semua materi akan masuk dulu ke keranjang admin, kemudian akan kami upload setelah melalui sidang dewan redaksi. Kami tidak ingin ada informasi yang keliru apalagi sesat tentang Bung Karno,” ujar wanita enerjik itu.
Selain sukarnopedia, yayasan juga meluncurkan website yayasan, www.yayasanakudansukarno.com. Situs ini akan berisi informasi kegiatan yayasan. “Karena sifat yayasan adalah sosial, dan dalam operasionalisasinya kami juga menerima bantuan donasi dari para pendukung yayasan, maka website yayasan adalah pintu terpendek yang bisa diakses masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial kami kepada para donatur dan masyarakat,” ujar Mei, panggilan akrabnya.
Seminar Kebangsaan
Rangkaian acara peresmian Yayasan Aku dan Sukarno dikemas dengan elegan oleh panitia yang keseluruhannya terdiri atas generasi muda. Selain acara formal sambutan pembina dan pengurus, acara juga diselingi dengan repertoar kelompok musik klasik, Quintet Sukarno Voice, pimpinan Seno Wancoro. Bahkan sebelum break makan siang, panitia menggelar lelang lukisan Bung Karno karya pelukis spesialis palet, Sohieb Toyaroja.
Usai makan siang, acara dilanjutkan dengan Seminar Kebangsaan. Tak kurang dari 150 peserta setia duduk di kursi, dan mengikuti seminar dengan sangat antusias. Pembicara utama seminar siang hari itu adalah Doktor Suparjo, SH, MH. Ia membawakan makalah berjudul “Kontekstualisasi dan Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemikiran Bung Karno”.
Sedangkan pembicara kedua adalah pekerja seni, Iman Brotoseno. Sutradara film “3 Srikandi” ini mengangkat tema ihwal budaya berkepribadian yang dimaksud Bung Karno dalam Trisakti. *