COWASJP.COM – JOGJA – Napak tilas hijrahnya Universitas Gadjah Mada (UGM) dari Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke Bulaksumur, Sleman kembali digelar. Napak tilas yang dikenal dengan sebutan Nitilaku dilaksanakan untuk menyambut Dies Natalis universitas negeri tertua ini.
Nitilaku menyambut Dies Natalis ke-67 tahun 2016 ini digelar pada Minggu, 18 Desember 2016. Nitilaku Perguruan Kebangsaan, demikian tagline pada kegiatan yang diusung Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (PP Kagama) tahun ini, digelar untuk merawat kebhinekaan dan ditargetkan diikuti 6.000 orang peserta. Lebih banyak dibanding tahun lalu yang mencapai 4.500 peserta.
Peserta Pawai Alegoris ini meliput alumni, masyarakat, maupun mahasiswa dan pelajar dari berbagai daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam berbagai pengumuman yang ditujukan kepada alumni, peserta diharapkan mengenakan pakaian “jaman doeloe” (jadul). Berbagai poster yang berisi pesan ajakan kepada alumni berperan serta dalam Nitilaku dengan ilustrasi foto Ketua Umum Kagama Ganjar Pranowo maupun Rektor UGM Dwikorita Karnawati juga disebar.
Semua alumnus UGM diundang mengikuti acara ini, termasuk alumni yang saat ini menjadi pejabat pemerintahan. Ajang Nitilaku ini sering dijadikan ajang reuni dan temu kangen para alumni yang telah mengabdi untuk negeri dan tinggal di berbagai daerah di Indonesia. Di kegiatan Nitilaku ini, berbagai alumni yang tersebar di berbagai partai politik, berkumpul menanggalkan baju partainya.
Menurut Wakil Ketua Pelaksana Niti Laku 2016 Budi Setiyono, acara Nitilaku kali ini sudah yang keenam kali diselengarakan untuk dies natalis UGM. "Niti laku mengambarkan hijrahnya kampus UGM yang semula di Keraton, kemudian dipindahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Presiden pertama Indonesia Sukarno ke Bulaksumur ini," ujar Budi.
NITILAKU 2015 : Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi jalan bersama Ketua Umum Kagama Ganjar Pranowo. (Erwan W/CowasJP)
Dijelaskan "Niti Laku Perguruan Kebangsaan" mencerminkan bahwa UGM merupakan pemersatu kebhinekaan. "Kebangsaan mengandung makna keanekaragaman. UGM cerminan simbol kebinekaan dan merawat kebinekaan itu, berbagai suku, daerah, agama semua ada di sini," kata dia.
Untuk menggambarkan kebinekaan itu, acara tersebut tidak hanya melibatkan alumni maupun mahasiswa UGM, tetapi juga berkolaborasi dengan unsur keraton dan masyarakat. Selain itu juga melibatkan Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah (IKPMD). "Ada dari Bali, Jawa Timur, Papua, Aceh, dan seluruh provinsi akan terwakili dalam niti laku tahun ini. Mereka nantinya akan menampilkan kesenian khas daerahnya," ujar Budi.
UGM juga melibatkan 67 becak yang melambangkan Dies Natalis UGM. Ada pula 19 andong yang melambangkan tanggal berdirinya UGM. Becak dan andong ini nantinya akan dinaiki oleh alumni UGM yang sudah berusia lanjut. "Itu masih ditambah lima gerobak sapi. Lima tentu melambangkan lima sila dalam Pancasila," kata Budi.
Acara ini akan diawali dengan acara di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dari Pagelaran, nanti dilanjutkan berjalan kaki melewati Jalan Malioboro ke utara dan berakhir di lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana UGM.
Seperti tahun sebelumnya, di sepanjang Jalan Malioboro hingga Jalan Jenderal Soedirman akan ada lima panggung hiburan rakyat. Panggung ini nantinya akan diisi kesenian tradisional empat kabupaten satu kota di DIY.
Selain itu, dari Malioboro hingga UGM akan ada sekitar 200 bakul jamu gendong. Jamu ini akan diberikan kepada masyarakat Yogyakarta. "Nantinya di halaman Balairung akan disiapkan sarapan kerakyatan. Ada 40 tenda berisi menu jadul yang disiapkan berbagai fakultas," ucapnya. (erwan w)