COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Santoso
------------------------
MENDENGAR suaranya yang maknyes dan gayanya yang luwes, membuat siapa saja akan terpaku di tempat duduknya. Dialah Dina Puspitasari, yang namanya cukup kondang di blantika musik campursari. Dia merupakan anak asuh Kirun, pelawak yang cukup dikenal oleh warga Madiun. ‘’Saya sejak SMA sudah ikut bergabung dengan campursarinya mas Kirun,’’ akunya.
Kalau Dina sudah naik panggung, penonton rasanya terbius. Bukan karena kecantikannya saja, namun suaranya yang merdu mendayu, membuat yang hadir enggan beranjak dari tempat duduknya.
Apalagi melihat gayanyayang luwes, dengan sentuhan tari yang gemulai, membuat mereka yang menyaksikan terpesona. Ketika disampaikan seperti itu, dia dengan malu-malu menjawab, ‘’Ah perasaan saya biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa,’’ katanya merendah.
Dan kalau ada dalang terkenal manggung di Madiun, seperti Anom Suroto misalnya, dipastikan Dina akan diajak memperkuat pesindennya. Dapat job untuk mendampingi dalang, khususnya dalam membawakan lagu campursarian, ia sangat antusias. Sebab di situlah dia bisa lebih mengekspresikan diri dengan diiringi gamelan.
‘’Saya biasa ditampilkan saat goro-goro,’’ ujarnya.
Karena itulah kalau ingin menampilkan dirinya, harus jauh-jauh hari sebelumnya menghubungi. Sebab jadwal manggungnya begitu padat, apalagi kalau sudah mulai musim hajatan, bisa setiap hari manggung dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
‘’Yah demi profesi,’’ ujarnya.
Dia mengaku, sejak kecil memang menyukai genre musik yang satu ini. Ia termasuk penyanyi otodidak, tidak pernah kursus vokal misalnya. Dan sejak tahun 2007, Wiwit sudah mulai menyanyi dari panggung ke panggung diiringi elekton. Namun justru dia lebih merasa pas kalau diiringi gamelan Jawa.
’’Rasanya maknyes kalau diiringi gamelan, aku istri Pak Polisi yang tinggal di Jalan Ciliwung, Kota Madiun ini.Mengapa dia menyukai seni tradisional khususnya campursari? Menurut pengakuannya, ia memang suka mempelajari seni tradisional Jawa lantaran dia merasa sebagai orang Jawa. Sebagai orang Jawa, merupakan kuwajiban baginya untuk ikut nguri-uri seni tradisional Jawa. Sia[a lagi yang mau belajar seni Jawa kalau bukan kita,’’ ujarnya.
Namun demikian ia juga ingin mempelajari kesenian dari daerah lain. Apalagi sekarang ini anak muda sudah sangat jauh dengan kesenian dan budayanya sendiri. Apalagi seni tradisional. Mereka lebih suka mempelajari seni modern.
‘’Jadi agar kesenian tradisional, khususnya Jawa tidak sampai punah, harus ada yang mempelajarinya,’’ katanya. (*)