COWASJP.COM – ockquote>
IRINA USTINOVA SVEDLOVK. Wanita cantik berkewarganegaraan Rusia ini sungguh tangguh luar biasa. Jika anda wanita, barangkali anda tidak setangguh dia. Tapi karena sesama wanita, bisa dipastikan, anda dapat merasakan deritanya. Seperti yang ingin saya bahas berikut ini.
Di hari ulang tahunnya, dia ingin bersenang-senang menghabiskan hari bersama suami tercinta. Tapi justru di hari yang spesial itu, dia mengalami kejadian yang sangat mengerikan. Di ruas jalan tol Jagorawi, dinihari 9 Juli lalu, Hermansyah, suaminya yang pakar telematika ITB, dikeroyok dan dibacok bertubi-tubi sejumlah orang tak dikenal. Dia berusaha melindungi dengan memukul para pengeroyok menggunakan sebuah payung. Tapi baginya mereka bukanlah lawan yang seimbang. Karenanya, dirinya pun sempat ikut dipukul dan dijambak.
Meski demikian, Irina tidak menyerah.
Dalam kondisi berlumuran darah, seperti dituturkannya kepada media, suaminya masih sempat mengambil posisi duduk di belakang kemudi. Sayangnya dengan luka-lukanya yang begitu parah, dia tidak mungkin lagi mampu menjalankan mobil itu.
Irina berusaha minta bantuan petugas Jasa Marga yang sempat datang, agar Hermansyah segera mendapatkan pertolongan. Tapi para petugas itu tak segera bereaksi. Mereka bahkan tak membantu memindahkan korban ke bangku belakang. Karena itu, dengan susah-payah, Irina membopong tubuh suaminya ke bangku belakang. Lalu memacu mobil itu dengan kecepatan tinggi ke Rumah Sakit Hermina, Depok. Di situlah Hermansyah mendapatkan pertolongan pertama, setelah mengalami luka bacokan yang luar biasa di sekujur tubuhnya.
Kabar tentang pengeroyokan terhadap Hermansyah dalam tempo singkat karuan saja viral di social media. Meski informasi yang akurat tentang latar belakang pengeroyokan sadis itu belum ada, publik langsung menghubungkannya dengan kasus dugaan chatt mesum Virza Husein – Habib Rizieq Syihab. Pasalnya, Hermansyah adalah pakar telematika ITB yang jadi saksi meringankan bagi Habib Rizieq Syihab.
*
MENGALAMI peristiwa sadis seperti itu tentu membuat semua orang bergidik. Tidak terkecuali Irina. Dia sedih. Terpuruk luar biasa. Meski nyawa suaminya masih dapat diselamatkan, namun peristiwa itu benar-benar jadi momok yang sangat menakutkan baginya. Apalagi sekarang dia menyaksikan setiap hari, betapa luluh lantaknya Hermansyah setelah mengalami pembacokan sadis itu.
Tentu saja, pikiran Irina kalut luar biasa. Tidak pernah terbayangkan di benaknya akan mengalami peristiwa sadis seperti ini. Apalagi dia orang asing. Ya, perempuan asing yang harus berjuang sendiri menyelamatkan nyawa sang suami di negeri yang jauh, tanpa seorang pun penolong. Satu-satunya penolong baginya adalah daerah dari mana dia berasal. Sebagaimana kaum perempuan dari negara-negara di Asia Tengah, dia sudah terlatih menghadapi situasi yang sulit. Terbiasa tegar menghadapi kondisi terburuk.
Persoalannya sekarang, derita Irina tidak berhenti sampai di situ. Menyusul pemberitaan yang meluas tentang pengeroyokan sadis terhadap suaminya, ada pula pihak-pihak yang melemparkan isu miring tentang latar belakang wanita malang ini. Yaitu, bahwa dia adalah mantan salah seorang Pekerja Sex Komersial (PSK) asing.
"Iriana masuk ke Indonesia dengan bantuan Agen Yulia dan selanjutnya direkrut Charlie untuk bekerja sebagai cewek PSK klub malam di Malioboro, Jakarta Kota. Diketahui selama bekerja, terdapat tamu tetap yaitu Hermansyah yg datang hampir dua kali dalam seminggu." Begitulah bunyi pesan yang beredar di media sosial.
Meskipun Ichwan sebagai perwakilan keluarga sudah membantah berita itu, dengan mengatakan kabar yang beredar di media sosial tersebut adalah hoax, namun hal itu tidak segera membuat duka Irina hilang.
Dirinya benar-benar merasa terpojok. Seolah tidak bisa menghindar. Tidak bisa dia bantah secara tepat, karena dia memang berasal dari Rusia. Sama seperti rekan-rekan lainnya yang berasal dari Uzbekistan, Ukraina, Kazakhstan, Azerbaijan dan sebagainya, yang sudah terlanjur sering dicap sebagai negara-negara pengekspor PSK asing. Saking terkenalnya tudingan itu, barangkali sama seperti Indonesia, yang sudah dicap sebagai negara pengekspor TKW. Tapi seperti dinyatakan rekan-rekan yang terpanggil untuk memberikan dukungan kepadanya, dia adalah seorang muslimah. Begitu sakit baginya bila sebagai seorang muslimah dia dituding PSK.
*
SEBAGAI bagian dari umat Islam, tentu kita ikut berduka mendengar berita ini. Aksi pembunuhan karakter belakangan ini sudah menjadi bagian dari intrik politik yang terus menerus dikobarkan. Umat Islam sebagai pihak yang cenderung berada dalam posisi yang salah – terutama setelah Aksi Bela Islam 4/11, 2/12 dan sejumlah aksi lain yang begitu menggelora beberapa waktu kemudian – tidak henti menjadi korban dari kebijakan yang timpang. Terutama dari kebijakan pemberitaan oleh media massa “mainstream” yang seringkali berat sebelah.
Kita menyaksikan bagaimana sejumlah ulama dilecehkan. Para pemimpin umat dibully sebagaimana layaknya para pelaku tindak kriminal. Tokoh-tokoh terhormat bangsa ditangkapi. Dihadapkan pada tuduhan-tuduhan tak berdasar seperti korupsi, sebagaimana dialami tokoh reformasi, Prof. Dr. HM. Amin Rais, MA. Bahkan dihancurkan harkat dan martabat ketokohannya, dengan tuduhan terlibat perbuatan mesum, sebagaimana kasus Pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Dr. Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc., M.A.. Kasus yang sampai sekarang tidak jelas dimana berujungnya.
Foto: istimewa
Harus kita akui bahwa sebagian kasus di atas masih terus berjalan sesuai koridor hukum yang dijalankan pihak berwenang dan dinyatakan sebagai kebenaran. Tapi bersamaan dengan itu, tidak bisa dihindari bahwa masyarakat, terutama umat Islam, memiliki sikap dan pandangannya sendiri.
Sebagaimana pihak berwajib yang mendasari setiap kasus melalui dugaan-dugaan (su’udz dzan), umat Islam pun tidak bisa selalu bersikap baik sangka (husnudz dzan). Dengan situasi dan kondisi politik yang begitu rumit sekarang ini, sikap buruk sangka, duga menduga, tuding menuding, tuduh menuduh dan semacamnya tak bisa dihindari karenanya sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Karena itulah kita berharap agar para pemimpin bangsa dapat menuntaskan persoalan-persoalan yang terus mengganjal ini sesegera mungkin. Semestinya kita segera meninggalkan suasana selama penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta, yang membuat energy semua pihak terkuras luar biasa. Kita tinggalkan persoalan-persoalan yang membuat kesatuan dan persatuan anak bangsa ini terbelah dua.
Kita ingin mengingatkan bahwa setiap pemimpin di akhirat kelak akan ditanya tentang kepemimpinnya, sebagaimana sabda Rasul: “Kullukum ra’in wa kullu ra’in mas-ulun ‘an ra’iyyatihi” (Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu akan ditanya tentang kepemimpinannya).
Dengan demikian, seorang penggembala kerbau saja nanti akan ditanya tentang kepemimpinannya dalam mengembalakan kerbau-kerbau. Apalagi seorang pemimpin yang menentukan hitam-putihnya kehidupan lebih dari 250 juta jiwa anak bangsa.
Karena itu kita berharap, dalam tempo yang dekat ke depan kita tidak lagi direpotkan oleh persoalan-persoalan yang tidak perlu seperti selama ini. Sebaliknya kita justru bisa lebih fokus untuk membangun kehidupan seluruh rakyat dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa yang besar di antara bangsa-bangsa yang sudah maju lainnya. Amien ya Mujiebas Sailien!