COWASJP.COM – TARI Gandrung, kebanggaan masyarakat Banyuwangi, kembali mendapatkan kehormatan untuk tampil di perhelatan resmi nasional di Istana Negara. Tarian itu bakal menyemarakkan peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, penampilan tari Gandrung dalam acara resmi nasional merupakan kehormatan bagi warga daerah. Sebelumnya, seniman-seniman belia Banyuwangi juga membawakan tari Gandrung pada peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober tahun lalu di hadapan Presiden Joko Widodo.
"Ini merupakan apresiasi tinggi dari pemerintah pusat, dari Presiden, dari kementerian terkait dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang menjadi panitia, terhadap kekayaan seni budaya Nusantara. Artinya, kita semua sepakat bahwa keragaman seni budaya Nusantara ini bukan menjadi pemecah belah, tapi perekat bangsa," ujar Anas.
Informasi dari jejaring cowasjp.com menyebutkan, bupati berusia 43 tahun itu menambahkan, dengan diundangnya kesenian daerah ke Istana, para seniman yang membawakannya bakal memperoleh pengalaman berharga tak terlupakan. Apalagi, mayoritas yang tampil adalah anak-anak muda usia Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Seperti pengalaman tampil di peringatan Sumpah Pemuda di Istana pada tahun lalu, menjadi pengalaman tak ternilai bagi pelajar SMA di Banyuwangi yang membawakannya. Ini bisa menjadi spirit bagi anak-anak muda untuk berkarya lebih baik dan lebih keras dalam mengejar mimpi-mimpinya," papar Anas.
Anas juga berterima kasih kepada seluruh seniman dan budayawan di Banyuwangi yang selama ini terus berkarya tanpa lelah mengembangkan seni-budaya daerah. "Ada banyak seniman dan budayawan lintas generasi dari tua sampai muda yang terus bersemangat. Karya kreatif mereka juga difasilitasi lewat festival-festival budaya di Banyuwangi," ujarnya.
Tari Gandrung sendiri merupakan tarian khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai “Warisan Budaya Bukan Benda” oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2013. Untuk mengangkat dan melestarikan kesenian daerah, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi setiap tahunnya menggelar atraksi kolosal Festival Gandrung Sewu. Lebih dari 1.000 penari muda tampil dalam acara yang selalu digelar di bibir pantai tersebut.
"Tahun ini Festival Gandrung Sewu akan digelar pada 8 Oktober. Aksi kolosal tari Gandrung ini selalu ditunggu-tunggu wisatawan," imbuh Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda.
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas, dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).
Bentuk kesenian ini telah menjadi ciri khas dari daerah Banyuwangi, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Kini, tari Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, peringatan HUT RI, dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga asal Banyuwangi ini mengaku ikut bangga tarian khas kota kelahirannya dipentaskan di Istana Negara. Dirinya yang menghabiskan libur lebarannya di Banyuwangi, menyempatkan diri menyaksikan tari Gandrung di Desa Kemiren. Banyuwangi memang dikenal menjunjung tinggi nilai tradisi dengan melestarikan budaya dan kesenian para leluhur.
"Kebudayaan makin dilestarikan akan semakin memakmurkan. Kesenian dan budaya terus kita support untuk terus hadir dan melengkapi atraksi untuk wisatawan. Tari Gandrung gerakannya indah dan peragaan yang disajikan merupakan gerakan tari yang diwarnai seni pantomin sebagai pejabaran setiap lirik dari gending-gending yang dilantunkan karena sastra Prasemon," jelas Menpar Arief Yahya.(*/wan)