COWASJP.COM – ockquote>
HILA-Kaitetu Sabtu (5/8) malam. Sekitar pukul 20.05 Mayjen TNI Doni Monardo, Panglima Komando Daerah (Kodam) XVI Pattimura, memasuki tempat acara di halaman Benteng Amsterdam Negeri Hila, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Menggunakan kemeja warna biru dan celana krem, Doni menyalami satu-satu tamu yang menyambutnya. Antara lain Kapolda Maluku Irjen Pol Deden Juhara, Kepala Staf Kodam (Kasdam) Pattimura Brigjen TNI Tri Soewandono, Camat Leihitu Amir Sopalatu serta para Raja dari 11 desa atau negeri se Kecamatan Leihitu.
Peserta gowes finish di lapangan Negeri Kaitetu.
“Saya atas nama masyarakat se Kecamatan Leihitu patut berterimakasih atas inisiatif Pak Pangdam Mayjen Doni Monardo membuat acara malam ini,” kata Amir Sopalatu.
Ratusan atau bahkan ribuan warga Hila-Kaitetu dan juga beberapa warga dari sembilan negeri lainnya di wilayah Kecamatan Leihitu hadir untuk menyaksikan pesta rakyat, yang dibingkai dalam acara “Malam Keakraban Pemuda Pemudi Jazirah Leihitu” dengan tema “Mari Katong Baku Bae” (Mari Kita Berbaikan). “Ini murni inisiatif Pak Doni,” ujar Raja Negeri Morella Yunan Sialana.
Sapa Warga
Waiheru Kota Ambon Sabtu (5/8) siang. Usai salat dhuhur di masjid Mako Raider Yonif 733/Masariku Waiheru, 150 peserta bersepeda (Gowes to Amsterdam) sepanjang 25 kilometer dilepas Kepala Staf Kodam (Kasdam) XVI Pattimura Brigjen TNI Tri Soewandono.
Pangdam Mayjen Doni Monardo yang menggagas acara tersebut yang seyogyanya turut hadir dan ikut bersepeda, namun belum terlihat di antara peserta. “Pak Pangdam akan bergabung nanti malam. Saat ini beliau masih di Jakarta, acara bersama Panglima TNI,“ kata Ka Pendam Letkol Arm Sarkistan Sihaloho, SE.
Penulis, Moh. Yamin bersama Pangdam Doni menginap di tenda.
Sejak menjabat Pangdam XVI Agustus 2015, dua tahun lalu, Mayjen Doni menjadikan gowes sebagai aktivitas rutin. Dengan kegiatan seperti itu, Doni ingin mengejawantahkan slogan “Empat-S“ yang dia dengungkan sejak mengawali tugas di Kodam XVI Pattimura yang membawahkan dua teritori yakni Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Slogan empat-S adalah Senyum, Sapa, Salaman dan Silaturahim. "Dengan bersepeda saya bisa lebih dekat dengan masyarakat, bisa menyapa mereka, bisa bersalaman,“ cerita Doni suatu saat.
Bersepeda santai yang dipimpin Kasdam XVI Pattimura Sabtu siang itu, diisi dengan acara silaturahim di dua check point. Pertama di Dusun Hulung Negeri atau Desa Hitumesing untuk menyerahkan bantuan 150 dos keramik kepada panitia pembanunan masjid Nurul Yakin dan check point kedua di Negeri Mamua juga menyerahkan bantuan KodamXVI Pattimura kepada panitia pemangunan masjid Al Hidayah berupa 150 dos keramik.
“Semoga bantuan ini bisa mempercepat penyelesaian pembangunan masjid,” kata Brigjen TNI Tri Soewandono mewakili Pangdam Mayjen TNI Doni Monardo.
Tiba di titik finish di lapangan sepakbola Negeri Kaitetu, masyarakat antusias menyambut peserta gowes. Di saat yang bersamaan dilaksanakan berbagai lomba seperti balap karung, tarik tambang, panjat pinang, baca puisi bagi pelajar SD, SMP dan SMA serta lomba nyanyi lagu-lagu perjuangan.
“Ini merupakan rangkaian HUT Proklamasi RI ke-72, Kodam ikut memfasilitasi,” kata Letkol Arm Sihaloho.
Cegah Konflik SARA
Sejak dua tahun ini, konflik yang berbau SARA sudah tak pernah terjadi. Kalau masih ada gesekan di antara sesama masyarakat justru di luar persoala suku, ras dan agama. ”Tetapi lebih disebabkan oleh persoalan sepele. Dan sebagian besar pelaku dalam kondisi mabuk karena minuman keras,” cerita Pangdam.
Kerja keras dan cerdas aparat TNI-Polri serta partisipasi dan kesadaran masyarakat berhasil menempatkan Provinsi Maluku berada di urutan ketiga besar secara nasional sebagai provinsi paling rukun. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama merilis hasil survei indeks pembangunan kategori kerukunan umat beragama tahun 2016 di 35 provinsi se Indonesia, menempatkan Provinsi Maluku di urutan ketiga di bawah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Provinsi Bali. Hasil ini dinilai mengejutkan sebab 16 tahun lalu Maluku dilanda konflik bernuansa SARA yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan antar umat beragama.
Sementara itu, Maluku dan Maluku Utara juga dinilai aman dari konflik antara TNI-Polri. Kegiatan gowes seperti ini melibatkan TNI AL, TNI AU dan Polda Maluku. “Hubungan silaturahmi yang terbina baik menciptakan situasi aman kondusif. Dalam dua tahun ini tidak ada lagi konflik TNI dan Polri,” kata Doni Monardo.
Kembangkan Potensi Wisata
Kebiasaan sekelompok masyarakat terutama generasi muda terhadap minuman keras (miras) tradisional seperti sopi dan sageru, sering menjadi pemicu kesalapahaman yang dapat berakibat perkelahian antar negeri. Ada salah kaprah di antara masyarakat seolah-olah minum sopi dan sageru merupakan budaya orang Maluku. Anggapan yang seperti itu harus diluruskan. Memang dalam acara acara adat tertentu di zaman dulu, minuman sejenis sopi biasa disajikan. Tetapi sekedar minum, tidak sampai memabokkan.
Sopi dan sageru adalah minuman keras yang diolah dari permentasi nila aren. Efek samping dari minuman tersebut jauh lebih hebat dari minuman bir atau wiski. Sehingga pelakunya bisa berbuat nekat.
Setelah mempelajarinya secara sosiologi, Pangdam Mayjen Doni berkonsultasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan para Raja di 11 negeri se Kecamatan Leihitu dan mereka sepakat melarang penjualan dan meminum miras di seluruh wilayah kecamatan.
Masjid Wapaue di Negeri Kaitetu dibangun 1414. Sering dikunjungi orang dari luar untuk salat di situ.
Menurut Yunan Sialana, Raja Negeri Morella, mereka diundang ke Kodam, kemudian Mayjen Doni meminta para raja untuk merumuskan sendiri bentuk pelarangan tersebut. “Waktu Pak Pangdam undang kita ke kantornya, beliau sangat tegas terhadap larangan miras ini. Anak buah saya dan aparat Kepolisian sudah bersusah payah mempertahankan kedamaian di sini, tapi dirusak oleh kebiasaan meminum minuman keras,” cerita Yunan.
Justru ketegasan Pangdam seperti telah membuka cakrawala berpikir mereka, bahwa tidak ada kata lain pemakaian miras harus dilarang di wilayah Kecamatan Leihitu. “Setelah kesepakatan itu, kami menjelaskan kepada masyarakat yang ada di wilayah masing-masing. Masyarakat pun antusias,” kata Yunan.
Konflik dua desa Mamala –Morella yang sudah berlangsung bertahun-tahun berhasil didamaikan oleh Jenderal Doni. Ikrar damai antara Mamala-Morella apakah sekedar basa-basi atau dilakukan atas kesadaran dari lubuk hati? Raja Morella memjawab tegas, tidak ada basa-basi. “Keinginan berdamai itu lahir dari lubuk hati kami yang paling dalam,” kata Yunan, dan mengakui, peranan Jenderal Doni sangat luar biasa. “Sungguh terimakasih tak terhingga untuk beliau,” tambahnya.
Iwan Iha dan Yus Iha, kakak beradik penerus juru pelihara Masjid Wapauwe Negeri Kaitetu juga mengakui peranan sentral Pangdam XVI Pattimura itu. ”Pak Doni Monardo tak hanya sekali dua berkunjung ke wilayah ini. Sangat sering,” kata Yus Iha, generasi kelima juru pelihara masjid tua yang dibangun tahun 1414 itu, dan sudah ditetapkan sebagai situs peninggalan sejarah kepurbakalaan.
Iwan Iha menambahkan, situasi keamanan yang mulai kondusif menyebabkan kunjungan wisatawan domestik ke masjid tua ini mengalami peningkatan. Ia juga menilai positif adanya deklarasi pelarangan penggunaan miras. ”Wilayah Kecamatan Leihitu ini hampir semua warganya beragama Islam. Jadi sudah sesuai dengan tuntunan agama,” katanya.
Seandainya Pemkab Maluku Tengah mau serius menggarap pariwisata, kawasan Leihitu itu memiliki potensi besar, disamping masjid tua, gereja tua, serta Benteng Amsterdam di Desa Hila. Hila-Kaitetu hanya dipisahkan oleh sebatas jalan.
Ada suatu kendala yang belum disadari pemerintah provinsi. Kawasan Leihitu terletak di wilayah Pulau Ambon hanya berjarak sekitar 43 kilometer dari pusat Kota Ambon. Tetapi sampai saat ini, masih masuk dalam Wilayah Kabupaten Maluku Tengah yang beribukota di Masohi Pulau Seram. ”Pak Bupati Maluku Tengah saja jarang ke sini,” kata Iwan, ayah dua putra kelahiran Negeri Kaitetu.
Deklaradi Anti Miras
Malam semakin larut, tetapi masyarakat justru semakin ramai. Bapak Raja dari 11 negeri se Kecamatan Leihitu diminta naik ke atas pangung. Pembacaan deklarasi anti minuman keras dimulai. Camat Leihitu Amir Sopalatu seperti kehabisan kata-kata untuk mengapresiasi keberhasilan Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo yang dengan gemilang menyelesaikan konflik dua negeri Mamala-Morella.
Pak Camat juga mengakui, bahwa gerakan memanfaatkan potensi laut yang disebut Emas Biru serta potensi hutan sebagai Emas Hijau benar-benar telah menghasilkan Emas Putih, yaknimeningkatkan kesejahteraan serta rasa damai bagi warga desa. ”Atas nama masyarakat se Kecamatan Leihitu, saya hanya bisa menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Pangdam XVI Pattimura Mayjen Doni Monardo,” kata Amir Sopalatu.
Raja Negeri Hila Abdullah Ollong juga menyampaikan gerakan Emas Biru-Emas Hijau telah menginspirasi masyarakat untuk bekerja lebih giat. ”Kami sangat mendukung program itu karena bisa meningkatkan kesejahteraan warga desa kami,” katanya.
Doni Monardo yang tampil terakhir menyebutkan, Maluku dan Maluku Utara ini daerahyang memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar. Dari data yang ada Maluku menyumbang 72 persen secara nasional. Sumber daya alam yang begitu besar tentu harus mampu memberi kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat harus bisa lebih produktif. Tinggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang malas-malasan.
”Mari mulai sekarang, kita ubah kebiasaan minum sopi dengan minum kopi,” kata Jenderal Doni.
Malam semakin larut. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Sayup-sayup para artis pendukung menyanyikan lagu kemesraan. Kemesraan ini jangan cepat berlalu. Pukul 00.15 Pak Doni mengajak saya untuk tidur bersamanya di dalam tenda milik Kodam. ”Ayo Pak Yamin tidur bersama saya di tenda. Menikmati sensasi tidur di tenda,” kata Pangdam.
Ketika saya mengingatkan tentang masa tugasnya sebagai Pangdam XVI Pattimura pada Agustus ini tepat dua tahun, Doni seperti tersentak. ”Saya tidak tahu, apakah kehadiran saya di sini sudah membawa manfaat bagi masyarakat atau belum,” kata Doni seperti bergumam.
Waku dua tahun seperti berlalu begitu cepat. Pak Jenderal boleh mengatakan tidak tahu. Tetapi orang Maluku dan Maluku Utara akan mengatakan, terimakasih Jenderal Doni, engkau telah berbuat yang terbaik bagi negeri ini. Setelah itu kami pun tertidur. Bangun pagi, Doni sudah tidak berada di tenda.
“Setelah salat subuh berjamaah di masjid tua Desa Hila, Panglima langsung balik. Pagi ini beliau akan mendampingi Menteri BUMN Ibu Rini Sumarno ke Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya,” kata Letkol Slamet Riyanto mantan Dandim 1504 Pulau Ambon.
Teruslah melangkah Jenderal Doni. (*)