COWASJP.COM – Terduga teroris, Dananjaya Erbening, 28, yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Bekasi, Senin (14/8/2023) pegawai PT KAI sejak 2016, bagian langsir di Stasiun Kota Jakarta. Tugasnya mengatur jalur rel KA.
***
TUGAS Dananjaya tergolong vital. VP Public Relation PT KAI, Joni Martinus kepada wartawan, Selasa (15/8) mengatakan tugas keseharian Dananjaya:
“Kesehariannya sebagai petugas langsir. Yaitu, mempersiapkan kereta api saat akan berangkat. Juga yang masuk stasiun. Atau ketika lokomotif akan diperiksa, maka lokomotif itu dilepas dari rangkaian. Lalu diantar lokomotif ke depo. Juga menyusun rangkaian kereta api.”
Seumpama Dananjaya melakukan teror, ia bisa mengubah jalur rel, sehingga KA bisa bertabrakan atau terguling. Tapi, itu belum pernah ia lakukan. Tugasnya selama ini baik-baik saja.
Dananjaya terpantau Densus 88 melalui medsos. Di Facebook ia gencar kampanye jihad. Di Telegram ia membikin Grup BEL4J4R PEDUL1 MUH4J1R. Ini grup khusus untuk penggalangan dana.
Polri sudah minta bantuan PPATK untuk memeriksa aliran dana yang sudah masuk ke rekening Dananjaya. Selain itu, tersangka juga berjualan mainan anak di marketplace, diduga Polri, itu sebagai kamuflase menutupi aliran dana dari donatur.
Ia ditangkap tim Densus 88 di rumahnya di Perumahan Pesona Anggrek Harapan Blok B 7 Nomor 20A RT 07 RW 027, Harapan Jaya, Bekasi Utara, Senin, 14 Agustus 2023 pukul 13.17 WIB. Langsung ditahan sebagai tersangka teroris.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar di konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (15/8) mengatakan:
"Tersangka DE punya rencana atau niatan untuk melakukan aksi kembali ke Mako Brimob Kelapa Dua dan Mako Brimob yang di Jawa Barat. Juga akan menyerang beberapa Markas TNI yang sudah ditandai diprofiling oleh yang bersangkutan."
Kombes Aswin tidak menuturkan secara rinci kapan waktu penyerangan yang akan dilakukan Dananjaya terkait waktu dan Markas TNI dimaksud.
Dalam pemeriksaan awal, Dananjaya mengaku kepada penyidik, ia berbaiat pada ISIS pada 2014, seperti dikatakan Aswin, menirukan pengakuan tersangka, begini:
"Saya memahami paham daulah pada 2014 dan berbaiat kepada Abu Bakar Al Baghdadi (membaca teks baiat via media sosial) saat ramainya ISIS di Indonesia. Saya menjadi terinspirasi dan memiliki ghiroh yang tinggi untuk melakukan amaliyah sehingga saya mencari informasi jual beli senjata api.”
Dan memang, Dananjaya punya beberapa senjata api. Ia berlatih menembak di kawasan Gunung Geulis, Bogor, Jabar, setiap dua bulan sekali.
Senjata yang biasa digunakan Danajaya untuk latihan adalah Baikal Makarov buatan Rusia dengan ukuran peluru 9 milimeter.
Saat penangkapan, Tim Densus 88 juga mengamankan sejumlah bukti yakni satu buah dompet berwarna biru dongker, satu buah KTP atas nama Dananjaya Erbening, satu buah kartu ATM BRI, satu buah kartu ATM BNI, satu buah kartu paspor ATM BCA, dan satu buah STNK sepeda motor.
Ada juga bendera ISIS, dan yang paling mencolok beberapa senjata api, sebagian rakitan, dan banyak amunisi. Juga beberapa buku tebal, satu laptop, sejumlah ponsel dan kamera yang diduga menjadi alat tersangka melakukan propaganda jihad di media sosial.
Dananjaya kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah, 21 Januari 1995. Ia beristri, punya dua anak, kini isterinya sedang hamil anak ke tiga. Ia bersama keluarga mengontrak di rumah tersebut sejak sekitar enam bulan lalu.
Bagaimana keseharian Dananjaya? Ketua RT setempat, Ichwanul Muslimin, mengatakan kepada pers, Dananjaya cukup ramah selama tinggal di wilayahnya sejak 6 bulan lalu.
Ichwanul: “Ia pernah mengikuti rapat bersama pengurus RT. Tapi, meskipun ramah ia tidak pernah ngobrol. Ia ramah disapa warga saat berangkat dan pulang kerja di PT KAI.”
Bagaimana tanggapan PT KAI? EVP of Corporate Secretary PT KAI, Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterangannya, Senin (14/8) menyatakan:
"Kami siap bekerjasama dengan pihak berwenang terkait penangkapan karyawan PT KAI itu, PT KAI tidak mentolerir tindakan yang bertentangan dengan hukum, terlebih kasus terorisme. Manajemen KAI akan menindak secara tegas karyawannya jika terbukti terlibat kasus terorisme.”
Dilanjut: "KAI berkomitmen untuk turut memberantas kejahatan terorisme di lingkungan perusahaan dengan terus mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas dan nasionalisme, serta melakukan peningkatan pengawasan oleh fungsi terkait.”
Ternyata teroris masih ada. Sepanjang tahun ini sudah ditangkap Densus 88 Polri 10 terduga teroris di Indonesia, termasuk Dananjaya. Tidak satu pun salah tangkap.
Mengapa orang bisa jadi teroris? Sudah banyak diulas para pakar, termasuk diungkap oleh mantan teroris. Umumnya karena pemahaman agama yang salah. Atau pengaruh indoktrinasi oleh pencetak teroris.
Dikutip dari Frontiers in Psychology, 7 Januari 2021, berjudul, "Why People Enter and Embrace Violent Groups?" hasil riset para ahli psikologi, kriminologi dan terorisme, ada dua jalur orang bisa jadi teroris.
Pertama, Kepatuhan. Itu terjadi ketika individu dipaksa (bisa melalui indoktrinasi atau lainnya) untuk bergabung oleh agen berpengaruh yang kuat. Bisa guru atau orang yang dituakan. Kemudian individu itu terpaksa bergabung, akhirnya patuh pada perintah ketua kelompok.
Kedua, Internalisasi. Itu terjadi ketika individu bergabung karena konvergensi yang dirasakan antara diri dan kelompok yang akan ia masuki. Jenis ini tanpa paksaan. Sebaliknya, individu kagum pada kelompok (teroris) yang ia masuki.
Penyebab individu kagum, karena sebagai pelarian dari problem psikologis individu itu sendiri. Problemnya beragam. Intinya, ia merasa kurang dihargai orang lain. Penyebab ia kurang dihargai, sangat variatif. Bisa karena kelemahan internal diri. Bisa juga karena merasa terancam oleh orang atau pihak lain.
Individu jenis ini merasa, jika ia bergabung dengan kelompok, maka ia merasa bagian dari kelompok yang ia banggakan. Dengan begitu ia merasa, tidak bisa lagi ia direndahkan orang lain.
Ia merasa sudah berubah jadi individu yang dihormati di dalam kelompok, disambut dengan kegembiraan. Sebaliknya, di luar kelompok ia ditakuti karena kelompok itu memang menakutkan buat masyarakat di luar kelompok.
Dari kronologi dan data Dananjaya di atas, ia masuk golongan nomor dua (Internalisasi). Ia bergabung dengan ISIS, dibaiat melalui medsos, bukan karena dipaksa. Karena ia kagum pada ISIS. Dengan begitu ia merasa, tidak bisa lagi diremehkan orang lain. Bahkan sebaliknya, ditakuti.
Terbukti, Dananjaya aktif latihan menembak di Gunung Geulis. Punya senjata api buatan Rusia dan beberapa senjata api rakitan. Ia merasa sudah menjadi orang yang ‘tidak boleh diremehkan’ lagi.
Densus 88 sangat aktif memberantas terorisme, menangkap teroris. Sehingga, teroris yang menjadi teroris melalui teori nomor satu (Kepatuhan) semakin jarang. Sebab, akar penyebab terorisme, indoktrinasi, cuci otak, ajaran menyimpang, dipantau dengan ketat oleh Densus 88. Jika terpantau, langsung diberantas.
Sedangkan, jalur masuk teroris di teori nomor dua, tidak bisa atau sangat sulit dipantau Densus 88. Sebab, ini atas inisiatif individu calon teroris sendiri. Seperti Dananjaya.
Dananjaya ditangkap karena terpantau menyebarkan ajakan jihad (dalam arti berperang, atau membunuh orang yang dianggap musuh). Berarti ia yang sudah sembilan tahun berbaiat ke ISIS merasa perlu mengajak orang berjihad. Ia sudah jadi pencetak calon teroris.
Maka, solusi mencegah orang jadi teroris di teori nomor dua, tidak gampang. Sangat kompleks. Bagaimana caranya, supaya semua orang punya kepribadian kuat tanpa merasa diremehkan orang lain. Meskipun tanpa senjata api. Ini tugas pendidik. (*)