COWASJP.COM – Saya bukan penulis. Di Jawa Pos saya bekerja sebagai karyawan percetakan. Tapi, saya memberani-beranikan diri untuk menulis soal hak karyawan berupa 20 persen saham di Jawa Pos.
Ketika Yayasan Pena Jepe Sejahtera dibentuk, saat itu saya bertanya-tanya. Ada apa kok Yayasan itu dibentuk? Siapa yang membentuk? Siapa ketuanya, dan siapa para anggotanya?
Dalam perjalanan waktu, barulah saya ketahui bahwa yang membentuk Yayasan Pena Jepe Sejahtera adalah Pak Dahlan Iskan (mantan big boss Jawa Pos) dan para mantan Jawa Pos. Berdasarkan keputusan damai di Pengadilan Negeri Surabaya, Mei 2022.
Ternyata kita semua khususnya karyawan Jawa Pos masih punya SAHAM 20 persen dan DEVIDEN di Jawa Pos.
Jadi, apa yang ditulis Cak Bahari di tiga seri bukunya: KONFLIK JAWA POS, memang benar.
Maka, berbondong bondonglah para mantan karyawan Jawa Pos (para pejuang yang andil mendirikan Imperium Jawa Pos) mendaftarkan diri menjadi anggota Yayasan Pena Jepe Sejahtera, Oktober 2022.
Ramailah pembicaraan di grup WA di Cowas JP.
Pendapat masing-masing anggota mewarnai. Tapi ada suara lain yang minor. Kira-kira bulan Februari 2023, ada teman karyawan yang belum-belum sudah pesimistis. Kalah dan menyerah total sebelum perang!!
Dan dia berusaha mempengaruhi teman-temannya untuk mengikuti pendapatnya. Anjangsana kesana kemari ke teman-teman untuk memprovokasi.
"Non sense!" katanya. "Mustahil hak saham dan deviden karyawan itu bisa kita dapatkan!"
"Walau itu hak kita, tapi kita ini apa? Kita ini semut. Jawa Pos gajah. Semut melawan gajah, ya hancur lebur semutnya," lanjutnya.
Ketika itu aku juga ikut terbawa. Kata dia siapa yang mau beli saham kita? Khoirul Tanjung pun gak bakal mau membelinya. Mengapa? Karena dunia media cetak sekarang ini banyak yang kolaps. Begitu.
Tapi, Jawa Pos Group kan bukan koran saja. Ini yang mereka lupa. Anak-anak percetakan baru saja wisata bersama ke Eropa loh. Wouw berarti Temprina sekarang bangkit lagi, Rek. Yang dicetak tidak hanya koran, tapi berbagai packaging. Anak-anak redaksi kabarnya juga jalan-jalan ke Eropa.
Membicarakan masalah hak 20 persen saham karyawan Jawa Pos. (FOTO: Dok. Cowas JP)
Berarti apa yang digembar-gemborkan temanku yang tadi mbleset. Tidak berdasar data. Memang tiras menurun, tapi koran Jawa Pos tetap eksis dan menuai keuntungan. Belum lagi aset-aset dan bidang usaha lainnya.
Tim 9 (tim pejuang hak karyawan Jawa Pos) dan Yayasan Pena Jepe Sejahtera kini tengah berjuang menagih pengembalian hak saham 20 persen dan devidennya.
Saya angkat topi kepada Tim 9. Mereka membantu rakyat Jawa Pos yang kehilangan saham dan deviden. Para mantan Jawa Pos banyak yang kehidupannya memprihatinkan. Bahkan ada yang belum punya rumah.
Di kemanakan sih saham dan deviden karyawan. Saya kira sudah banyak yang tahu, tidak perlu diungkap.
Pertanyaan: apakah kita masih ragu? Arek Suroboyo kok kalah sebelum perang. Bergerak!
Kita ingin di ujungnya saham dan deviden bisa kita raih. Masalah terurai dan selesai dengan damai. Artinya bisa kumpul lagi bekerja sama lagi. Itu tujuan yang sangat mulya dari Tim 9. (*)
Penulis: Muchammad Arifin, Mantan Percetakan Jawa Pos.