Nikah 4 Kali Ada, Nikah 23 Kali juga Ada (3-Habis)

Isterinya Selalu 9 dan Serumah

Foto dan Ilustrasi: CoWasJP.com/ghedebuk

COWASJP.COMTEMAN saya yang  ketiga ini istrinya selalu sembilan, dan selalu serumah. Dia berasal dari wilayah Karesidenan Kediri. Sebut saja namanya  O’ong. Umurnya sekarang 59 tahun. Dia salah seorang yang terpandang di daerahnya. Pedagang kelontong dan barang antik terkemuka di wilayahnya.

Mobil mewah pun selalu berjajar di rumahnya. Ada empat mobil mewah di rumahnya. Aku kenal dia sejak SMA. Bahwa dia istrinya banyak sudah menjadi rahasia umum di daerah itu. “Aku itu hanya menolong, Mas,’’ kata  O’ong dalam suatu kesempatan. 

Ia mengaku sudah menikah lebih dari 18 kali. Namun yang benar-benar serumah dengan dia selalu 9 orang. Kalau dia nikah lagi, pasti ada salah seorang isterinya yang diceraikan. Istilahnya tambah satu kurang satu.

”Jadi 9 isteri saya itu serumah. Yang jadi ketua isteri pertama saya. Semua yang mengatur giliran ya istri pertama saya. Yang  membagi rejeki juga dia,’’ katanya.

Padahal kalau dilihat orangnya ya tidak ganteng-ganteng amat. Wong tingginya hanya sekitar 150 cm. Kulitnya agak sawo matang. Tapi, karena harta bendanya, banyak wanita terpesona. Terbukti, meski bukan raja, isterinya berjejer di rumahnya yang megah dan bepagar besi.

Dari perkawinan dengan semua wanita tadi dia mendapatkan 14 anak. Setiap tahun ada saja isterinya yang melahirkan. Begitu lahir langsung dicarikan akte kelahiran dengan kesepakatan anak isteri pertama.

”Jadi 14 anak saya itu yang membimbing isteri pertama. Dibantu ibunya masing-masing. Jadi anakku semua kalau panggil istri pertamaku: ibu sepuh,’’ ungkap O’ong.

Untuk urusan anak, katanya, harus hati-hati. Jangan sampai kelak hidupnya sulit. Makanya sejak kecil anak-anaknya diberi nafkah dan dibukakan rekening bank sendiri-sendiri. Semua rata Rp 250.000 per bulan.

Begitu juga soal pendidikan. Semua anaknya disekolahkan mulai dari Paud hingga SLTA. ”Semua anak, saya sekolahkan sampai SLTA. Setelah itu yang laki-laki harus kerja dulu. Kalau sudah mapan baru kami nikahkan. Sedang yang wanita begitu tamat SLTA langsung kami carikan suami dan tidak ada yang membantah,’’ ungkap O’ong.

Lo apa udah punya modal? ‘’Jadi, kalau yang sudah punya pasangan, langsung aku panggil berdua. Aku jelaskan kepada mereka bahwa modal berumah tangga pakai uang tabungan. Modal itu bisa dibuat modal usaha. Anak saya rata-rata dagang. Semua nurut aja dan alhamdulillah semua jalan,’’ ungkap dia.  

Bagaimana dengan istri? Ia jelaskan, bahwa semua istrinya setiap bulan dinafkahi Rp 2.500.000. Kecuali istri pertama Rp 5.000.000. “Tidak hanya istri yang saya kasih uang belanja. Mertua semua tak kasih uang belanja. Masing-masing Rp 1.500.000 plus beras 50 Kg,’’ jelasnya.

Ia juga mengungkap latar belakang semua isterinya. Menurut dia latar belakang isterinya macam-macam. Tapi hampir semua anak orang tidak mampu. Sebab tujuan pernikahannya adalah menolong.

Syarat utamanya harus muslimah. ”Istri saya ada yang bekas penyanyi dangdut ternama. Tapi itu hanya berjalan empat tahun. Tahu-tahu dia kabur dari rumah. Untungnya belum punya anak,’’ cerita O’ong. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda