Ibu dan Anak yang Berpisah 55 Tahun

Mbah Marsiatim Butuh Uluran Tangan Donatur

Dari kiri: Mbah Marsiatim, dan dua cicitnya Hafid dan Zakiya. (Foto: CoWasJP)

COWASJP.COMSENYUM bahagia tersungging di bibir Mbah Marsiatim, 83 tahun. Lihatlah fotonya. Baru kali ini wajahnya secerah itu. Mbah Marsiatim terlihat bahagia dan damai ketika difoto bersama dua dari empat buyutnya (cicitnya), yaitu Zakiya (7 tahun) yang kelas 2 SD dan Hafid (13 tahun) yang kelas 1 SMP itu.

Minggu 5 November 2017 pukul 13.30 CowasJP.com menjenguknya di rumah putra ketiganya (bukan kedua, red) Sukarman di Ambengan Batu DKA nomor 37 yang kecil dan sangat sederhana. Ruang tamunya hanya berukuran 2,75 meter x 1,5 meter. 

Hanya ada satu tempat tidur kecil di sisi barat ruang tamu itu untuk Mbah Marsiatim yang masih tidur kelelahan. Ada meja kecil di sisi selatan. Selebihnya diberi alas karpet plastik. Sekitar 15 menit kemudian Mbah Marsiatim terbangun minta minum. Dan, Sukarman melayaninya dengan penuh kasih sayang.

Mereka kembali berkumpul setelah 55 tahun berpisah. “Pertemuan kembali ini adalah karunia yang luar biasa dari Allah SWT,” kata Cak Sukarman. “Terus terang sejak tahun 1980-an setelah pisah tahun 1962, saya mengira ibu saya sudah meninggal dunia. Ketika saya menikahi isteri saya tahun 1983, saya nyatakan bahwa bapak dan ibu saya sudah meninggal dunia. Bapak saya memang sudah meninggal dunia beneran tahun 1967.”

BACA JUGA: Sahabat Yamima Beri Bantuan Hidup Mbah Marsiatim​

Seperti yang telah diberitakan CowasJP.com sebelumnya, dari empat putera Mbah Marsiatim hanya Cak Sukarman seorang yang diketahui alamatnya. Tiga saudara Cak Sukarman lainnya sudah sejak 1984 silam pergi entah ke mana? Sampai sekarang.

Karena itu, pertemuan kembali Mbah Marsiatim dengan Cak Sukarman sekarang terasa luar biasa. Kedatangan kembali Mbah Marsiatim Sabtu sore 4 November disambut luar biasa oleh seluruh warga RW 04 Ambengan Batu. Mereka selamatan syukuran. Di gerbang masuk ada spanduk bertuliskan: Selamat Datang Mbah Marsiatim. Keguyuban dan kegotongroyongan warga kampung sederhana Ambengan Batu masih kental.

BACA JUGA: Mbah Marsiatim Diantar Ambulans Gratis Jakarta-Surabaya​

Minggu siang itu isteri Sukarman, Ning Riyani, 57 tahun, juga mendampingi Mbah Marsiatim di ruang tamu kecil itu. Putri sulung Ning Riyani dan 3 cucunya juga. Mbah Marsiatim masih terlihat lelah usai perjalanan jauh Jakarta – Surabaya yang memakan waktu 22 jam dengan ambulans sumbangan Sahabat Yamima (Yayasan Amanah Insan Madani). Berangkat Jumat 3 November bakda Magrib, tiba di Ambengan Batu DKA pukul 16.00 Sabtu 4 November 2017.

Kendati fisiknya lemah setelah kakinya kejatuhan besi di Jakarta yang menyebabkan sampai sekarang belum bisa jalan, namun daya ingat Mbah Marsiatim masih bagus. “Saya senang bisa kumpul kembali dengan anak, cucu, dan cicit,” tuturnya usai minum.

BACA JUGA: Ibu dan Anak Bertemu Kembali Setelah 55 Tahun Berpisah

Pangkal paha kaki kirinya masih terasa nyeri bila bergerak. Masih ada pen platina di dalam tulang paha kirinya. Melihat kondisi ekonomi Cak Sukarman yang lemah, maka Mbah Marsiatim sangat membutuhkan uluran tangan donatur. Beliau masih perlu perawatan lanjutan untuk menyembuhkan kaki kirinya. “Kami juga butuh kursi roda agar Ibu tidak rebah di tempat tidur saja,” tutur Cak Sukarman.

sukarman-dan-cucunyakbEwY.jpgDari kiri: Cak Sukarman mangku cucunya, Arif Chairul Anam (keponakan Cak Sukarman), Nur Ali, Ketua RW 04 Ambengan Batu Surabaya.

Cak Sukarman, 62 tahun (bukan 60 tahun), buta huruf karena tidak pernah sekolah. Persis seperti ibunya, Mbah Marsiatim. “Saya hanya mendapat nafkah dari kerja serabutan. Pernah jadi tukang listrik bila ada rumah tetangga listriknya mati atau ada gangguan. Pernah jadi tukang antene Orari. Pernah jadi juru parkir di Pasar Keling. Pernah jadi tukang becak 5 tahun ketika masih usia 40 tahunan.

Sekarang saya hanya bisa kerja ngecat rumah. Itupun kalau ada yang membutuhkan tenaga saja. Belakang makin jarang garapan,” kata Cak Sukarman dengan nada sendu.

RINCIAN BANTUAN DANA SAHABAT YAMIMA

Dia sangat bersyukur mendapat bantuan uang kontan dari Sahabat Yamima. Tertulis bantuannya sebesar Rp 5,5 juta. “Tapi yang Rp 2,5 juta untuk biaya solar ambulans pergi pulang (Jakarta-Surabaya-Jakarta) yang mengantar kami. Juga untuk uang saku sopirnya. Nah, yang saya terima dan masih saya simpan sampai sekarang Rp 3 juta,” jelas Cak Sukarman.

Penjelasan ini perlu disampaikan oleh Cak Sukarman karena sesuai berita CowasJP.com bantuan uang tunai sebesar Rp 5,5 juta. Rincian penggunaannya ya seperti itu tadi. “Terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan untuk Sahabat Yamima,” tambahnya.

Warga Ambengan Batu membaca berita CowasJP.com. Karena itu ada satu-dua orang warga yang mempertanyakan, mengapa Cak Sukarman hanya menerima Rp 3 juta. Padahal yang Rp 2,5 juta ya untuk solar dan uang saku sopir ambulans. Ambulansnya sendiri gratis. BBM-nya yang harus dibiayai oleh keluarga pasien (dari bantuan Sahabat Yamima tersebut). Juga uang saku sopirnya. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda