COWASJP.COM – Saya salah satu anggota Perkumpulan Para Mantan Jawa Pos (Cowas JP). Setiap hari selalu baca WA tiap ada berita terutama tentang bagaimana nasib karyawan setelah pensiun. Terutama yang berhubungan dengan deviden yang masih "dirampas" (pinjam istilah politik tentang partai Demokrat) oleh komisaris Jawa Pos.
Pedih dan seakan air mata mau menetes tiap baca tulisan tentang deviden. Kenapa seperti itu, ada 2 alasan :
1. Banyak mantan karyawan Jawa Pos yang bernasib kurang beruntung (belum punya rumah dan pekerjaan tidak punya). Dan karena sudah usia senja juga sakit sakitan.
2. Betapa teganya para komisaris Jawa karena tidak memikirkan kehidupan karyawannya yang telah ikut membesarkan Jawa Pos.
Bisa dibayangkan selama puluhan tahun karyawan bekerja jadi karyawan Jawa Pos, dan tidak boleh kerja nyambi (tulisan Slamet Oerip Prihadi), saat pensiun, terus apa yang bisa dilakukan? Tolah toleh saja saat sudah tidak bekerja di Jawa Pos. Karena tidak punya pengalaman kerja sama sekali kecuali di koran.
Memang ada beberapa yang sukses, tapi bisa dihitung dengan jari. Yang kehidupannya kurang sukses ratusan jumlahnya. Kebanyakan mereka ambil jalan pintas yang bisa dikerjakan dan tidak butuh pengalaman untuk menghidupi diri dan keluarganya. Misal buka warkop, jadi ojek online, jual minuman dan gorengan (digerobak pinggir jalan) seperti yang dilakukan Mas Santoso Bondet, atau pracangan.
BACA JUGA: Seperti Apakah Nasib Pensiunan Harian Kompas?
Ada yang masih berlanjut dan ada yang berhenti karena tidak untung dan yang lebih menyedihkan karena sakit, sehingga tenaganya tidak memungkinkan untuk itu.
Lantas siapa yang bisa membantu kelangsungan hidup mereka?
Dengan nada sedih karena perekonomian yang kurang mapan, mereka saling curhat di group WA tentang masa tua yang kurang dapat perhatian dari perusahaan. Melas sekali membacanya.
Harapan muncul setelah ada pejuang tim 9 (para mantan karyawan Jawa Pos) yang akan memperjuangkan hak para karyawan, karena mereka sebenarnya punya deviden yang dulu lenyap begitu saja.
Angan angan untuk hidup lebih layak menunjukkan ada jalan. Mereka berharap dan terus berharap supaya haknya bisa dinikmati di saat sangat membutuhkan.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan semua terus berharap. Meski belum ada tanda tanda tanggapan dari komisaris, semua berdoa supaya perjuangan tim 9 bisa segera terwujud.
Banyak yang tiap malam berdoa untuk itu. Bahkan diadakan istiqosah juga berharap para komisaris segera merespon hak mantan karyawan ini.
Semoga harapan jadi kenyataan dan kebahagiaan mantan karyawan Jawa Pos segera terwujud.(*)
Penulis: Totok Aminarto, mantan KL (koordinator liputan) dan mantan GM Graha Pena Surabaya.