Marah Dewi
Syukurlah, yang marah-marah itu rupanya Kwan Im palsu. Bukan Dewi Kwan Im yang saya datangi di Gunung Kawi dua pekan lalu. Atau Kwan Im yang sering saya kunjungi di kelenteng Pantai Kenjeran Surabaya.
SelengkapnyaSyukurlah, yang marah-marah itu rupanya Kwan Im palsu. Bukan Dewi Kwan Im yang saya datangi di Gunung Kawi dua pekan lalu. Atau Kwan Im yang sering saya kunjungi di kelenteng Pantai Kenjeran Surabaya.
SelengkapnyaDia pengusaha. Dia putra daerah. Dia wanita aktif. Dia sudah melihat sendiri begitu besarnya potensi pariwisata di Widi.
SelengkapnyaSaya pun menghubungi sahabat lama. Yang paling saya ingat: dia cantik sekali, dengan 5i. Tapi sudah lama tidak bertemu dengannyi.
Selengkapnya“Saya masih ingat, salah seorang senior mengatakan, ‘ngapain kamu ke Brigif Kariango. Di sana gersang dan prajuritnya bandel-bandel’,†ujar Doni sambil tertawa.
SelengkapnyaItulah pertanyaan penuh khawatir dari Raja Malaysia. Yang ditanya adalah perdana menteri baru Anwar Ibrahim.
SelengkapnyaAnda sudah tahu: ia adalah orang Indonesia yang mampu melahirkan anjing secara kloning. Sampai hari ini, baru Yuda orang Indonesia yang mampu melakukannya.
SelengkapnyaSaya akhirnya tahu: di situ kelemahan musangking. Enaknya monoton.
SelengkapnyaKisah trembesi Kariango ini bermula ketika Doni Monardo menjabat Komandan Brigade berpangkat kolonel tahun 2006 - 2008.
SelengkapnyaMungkin sudah 20 tahun saya tidak ke Gunung Kawi. Sampai-sampai saya tidak tahu kalau sudah ada jalan tembus dari utara Kepanjen langsung ke Kawi.
SelengkapnyaFakta ini menunjukkan betapa aksi tebar ketakutan berbaur teror harus terus diwaspadai. Benih-benih ekstremisme dan radikalisme harus terus diwaspadai.
Selengkapnya