COWASJP.COM – ockquote>
C a T a T a N: Ariyono Lestari
------------------------------------------
AIRASIA mendarat tepat waktu di landasan pacu Kuala Lumpur international Airport 2 (KlIA 2) Malaysia, pukul 14.00. Udara Kuala Lumpur terlihat cerah siang.
Sambil menunggu bagasi di Bagage Reclaim, kami sempatkah sholat Dhuhur jamak takdzim di mushola KLIA2. Mensyukuri dan memasrahkan segala sesuatunya dalam perjalanan sekeluarga ini ke hadirat Sang Mahapencipta.
Kuala Lumpur benar2 cerah. Perjalanan menuju ke hotel di dekat KL Central dengan KLIA Ekspress pun lancar, setelah melalui mall yg terintegrasi dg Bandara, station kereta api dan terminal bus. Nyaman dan mudah untuk mencapainya.
Meski masih di wilayah ASAP dan satu rumpun Melayu, berada di Malaysia tetap terasa berada di luar negeri. Suasana ya sudah sangat beda dengan Indonesia, apalagi Solo. Semua Serba tergiur dan tertib.
Apalagi ketika memasukkan station kereta api, semua sangat tertinggal, and bersih dan rapi. Putri bungsu saya,Dinna, memimpikan Indonesia cukup seperti Malaysia saja, tidak perlu muluk2. "Kalau transportasi massal di negara kita seperti ini saja, saya tidak perlu naik motor untuk ke sekolah, cukup ke station, naik kereta api: aman, nyaman, dan tepat waktu," katanya.
Kakaknya, Finna, punya mimpi sy sama. Ke Jogja tak perlu lagi repot cari tiket Prameks, cukup ke ticket machine, beres. Selama ini, untuk menuju Jogja, putri kedua saya harus antre panjang di loket Prameks. Kalau nasib sedang kurang beruntung, antrean sampai depan loket, tiket keburu habis.
Terpaksa harus menunggu kereta berikutnya 1 atau bahkan bisa 2 jam lagi, belum lagi di dalam kereta harus rebutan tempat duduk dan berdesakan: tidak rapi, kotor dan tidak tertib.
Di Kuala Lumpur sangat jauh berbeda. Kereta api di station KL Central datang setiap 15 menit sekali. Jadi memang tidak perlu berebutan dan berdesakan.
Lalu, mengapa Indonesia tidak bisa meniru Malaysia. Apakah pemimpinnya yang tidak becus atau memang rakyatnya yang susah diatur. Kesalahan Utama tetap pada pemimpinnya karena rakyat butuh panutan, butuh contoh. Dan selama ini pemimpin kita tak pernah memberi contoh yg baik. Lihatlah para pejabat yg lebih sukarela berebutan jabatan dan bertambah mengumpulkan kekayaan lewat korupsinya.
Membuat Indonesia seperti Malaysia tentu butuh waktu yang lama, terutama soal ketertibannya. Saya sebenarnya berharap banyak pada kereta api. Transportasi kereta api di sorganya para koruptor ini Sebenarnya sudah jauh lebih baik. Di kereta kini tidak ada lagi penumpang yang merokok. Karena begitu ketahuan merokok, ia akan diturunkan di station berikutnya tanpa pandang bulu.
Begitu juga dengan pedagang asongan, pengemis dan pengamen sdh tak ada lagi, meskipun itu di kereta kelas ekonomi sekalipun. Beberapa tahun sebelumnya, para pengamen, pengamen dan pengemis akan menyerap masuk ke dalam kereta begitu kereta berhenti di setiap stasiun : sumpek dan sesak.
Semua sudah mulai tertib sebenarnya. Mulai dari sistem boarding penumpang kereta dan penegakan peraturannya. Yang perlu kita tunggu sekarang adalah pengadaan dan penambahan kereta baru sehingga jeda antar kereta tidak terlalu lama. Bisa Kah? Kita lihat saja, supaya anak2 kita tidak lagi cemburu pada negara tetangga kita,Malaysia.