COWASJP.COM – INI adalah cikal bakal perusahaan transportasi terbesar di Gresik. Bila ke Gresik dan melewati Jl. Sindujoyo, Anda akan menjumpai kompleks Perguruan Muhammadiyah. Namun sebelum masuk ke kompleks itu, di kanan kiri gerbangnya berdiri sebuah rumah sakit Islam yang dikelola oleh Muhammdiyah. Cukup besar, ada tiga lantai dan fasilitasnya relatif lengkap.
Gedung itu berdiri di atas lahan yang dulunya dikenal sebagai tempat nge-pool-nya bus PO Moedah, sebuah perusahaan transportasi bus yang dimiliki oleh H. Arifin dan saudara-saudaranyPO a. Saya tidak mengetahui secara persis kapan perusahaan itu berdiri. Yang pasti, saat saya TK di Pasar Sore dan bersekolah di SD Muhammadiyah, perusahaan itu sudah beroperasi dan terkenal. Saya kurang tahu persisnya kapan PO Moedah ke lokasi lain.
Perusahaan ini adalah satu-satunya dan yang pertama memiliki armada bus. Sebenarnya, saat saya SD ada beberapa orang Gresik yang masuk di busnys transportasi ini. Tapi kebanyakan mengoperasikan kendaraan kecil angkotan Gresik-Surabaya. Salah satunya adalah tetangga keluarga kami di Kemuteran, Haji Anwar Asnar.
Saat saya SD, perusahaan PO Moedah sudah mengoperasikan belasan bus. Yang saya ingat adalah bus yang mereknya _MB Robur_, yang bentuknya kotak dengan agak mblenduk di belakangnya. Ada juga beberapa yang menggunakan bus merek Hino. Sekarang kantornya di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No.707, Kembangan, Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dan sudah menggunakan bus-bus modern. Pesaingnya saat itu ada PO Gangsar, Santoso, Jaya Utama, dan sebagainya.
Sampai saya lulus SMA tahun 1980, perusahaan itu masih beroperasi. Kalau tidak salah yang mengelola teman -ongkek- saya di Kampoeng Malang, H. Faisol putra bungsu H. Arifin yang sering saya dan teman-teman panggil Cak Icong. Trayek yang dijalani ada yang Surabaya-Tuban, Surabaya-Bojonegoro, ada pula Gresik-Surabaya pp dan Sembayat-Gresik pp.
Teman-teman saya SMP Muhammadiyah Gresik dan SMAN Gresik yang tinggal di Bunga, Sembayata, Manyar dan sekitar sering menggunakan jasa bus ini. Seelah lulus IPB dan saya bekerja di Jawa Pos, bus itu masih dikelola Cak Icong. Saya tidak mengikuti perkembangan informasi secara detail tentang PO Moedah seteah saya dipindahkan ke Jawa Pos kantor Jakarta.
Kalau teman-teman ramai-ramai (rombongan) keluar kota misalnya, kami selalu menyewa bus milik PO Moedah. Tahun 1982, teman-teman yang tergabung dalam kelompok RAFOS (singkatan dari Raya Faqih Oesman, nama jalan eks Kemuteran) menyewa bus untuk mengunjungi Tawangmangu.
Acara itu diadakan setelah RAFOS – kumpulan anak-anak muda lintas desa se Kabupeten Gresik yang kebetulan hamper setiap malam nyangkruk – nongkrong – di ujung gang Kemuteran gang 6) berhasil menyelenggarakan sebuah lomba kalau tidak salah lomba menyanyi se Kabupaten Gresik.
Acara itu setiap tahun diadakan. Namun tahun itu istimewa karena acara itu mendapat sponsor dana dari Pemda Kabupeten Gresik atas nama KNPI Kabupeten Gresik. Saat itu, saldo posisitif dari penyelenggaraan festival tersebut juga besar, karena itu teman saya Zainul Muttaqin (alm) mempunyai inisiatif untuk mengadakan tour ke Tawangmangu. Kebetulan itu adalah event terakhir yang diadakan RAFOS karena setelah itu penyelenggaraan acara tersebut diambil oleh KNPI Kabupeten, sebuah akusisi acara yang sebenarnya sudah diprediksi oleh teman-teman RAFOS.
Teman-teman SMA Negeri Gresik, semasa saya menjadi Ketua OSIS SMAN Gresik tahun 1979, juga pernah ramai-ramai menyewa bus itu. Saat itu kami mengadakan kunjungan (istilah kerennya sekarang studi banding) ke SMAN 3 Yogyakarta. Saat itu ketua OSIS SMAN 3 Yogyakarta adalah Daud Nurul, putra Pemred (saat Itu) Harian Kedaulatan Rakyat yang kemudian menjadi anggota DPR dan belakangan anggkota Komisi Yudisial, H. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum.
Sayangnya ketika itu, hitungan antara pemasukan dan pengeluaran acara kunjungan itu tidak mencukupi. Kalau tidak salah acara tu diikuti hampir seratusan siswa SMAN Gresik. Biayanya setengahnya ditanggung OSIS yang saat itu mendapatkan untung dari penjualan kaos seragam olahraga yang kam jual ke para siswa.
Ahamdulillah utang itu sudah kami bayar sebelum saya selesai menjabat ketua OSIS emski agak molor dan saya malu bila bertemu dengan Cak Icong di -ongkek- Kampoeng Malang, Kemuteran Gresik. (*)