COWASJP.COM – PADA suatu kesempatan di medio tahun awal tahun 2000-an aku diminta membantu panitia untuk distribusi surat undangan. Tepatnya pada acara Haul pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu, Blitar.
Kebetulan aku di struktur kepanitiaan masuk di divisi kehumasan (hubungan masyarakat). Sehingga distribusi surat undangan juga menjadi salah satu tugas kami.
Awal-awal, tidak ada yang masygul. Hampir 2000 surat undangan ke masyarakat sudah tertata dengan baik plus by name and by addres. Setelah surat dibagi per zona, baru ada yang agak aneh menurut pengalamanku sebagai panitia. Apalagi di bagian distribusi surat.
Kang Nuryani alias Nur ST (kaos hijau). (Foto: Imam Kusnin Ahmad)
Ketika itu ada sekitar tiga nama yang awalannya sama, yakni dengan nama Nur. Cuma di akhirnya ada tambahan tulisan SH,SE dan ST. Aku pikir bersama teman-teman adalah singkatan gelar sarjana seperti kebiasaan tulisan dalam undangan kebanyakan.Misal SH itu singkatan (Sarjana Hukum), SE ( Sarjana Ekonomi) dan ST ( Sarjana Tehnik). Namun ternyata singkatan itu tidak demikian.
Hal itu terungkap ketika saya tanyakan kepada ketua panitia, yakni KH Hadi ( Gus Had). “Gus nama Nur SarjanabTehnik dari desa Bakung itu yang mana?"’ tanya saya ke beliau.
Dengan sedikit senyum,Gus Had mengatakan, Nur ST itu tetangga sampean sendiri, yakni Kang Nuryani rumahnya barat rumah sampean. “Nur ST itu Kang Nuryani,’’ ungkapnya.
KH Mashadi (gus batas) bersepeda motor. (Foto: Imam Kusnin Ahmad)
"Lo..Kang Nuryani kok di tulis Nur ST?" tanya saya sedikit memprotes. Dengan gayanya yang humoris, Gus Hadi mengatakan Kang Nuryani itu kan setiap hari kerjanya sebagai supir truk. Sehingga untuk memudahkan data dan distribusi undangan Nuryani disingkat ST. Lalu yang ditulis Nur SH, itu namanya Kang Nur Iman. Nama dia disebut Nur SH, karena dia sopir mobil Hiace.
Sementara Nur SE itu adalah Nur Ihsan. Karena,dia memiliki mobil Elf untuk mengantar jamaah ta’lim ke mana-mana kalau ada kegiatan. Maka namanya di tambah Nur SE,singkatan sopir Elf.
”Ini dilakukan untuk memudahkan pengiriman undangan dan namanya tidak tertukar. Karena kalau ketiganya di tulis Nur sopir saja bisa tertukar tidak sesuai dengan yang dimaksud,’’ jelasnya.
Mendapat penjelasan itu, aku dan teman-teman ketawa ngakak. Karena tidak bisa menahan geli. Akibat ulah Gus Had tersebut. ”Sampean Gus bisa-bisa saja,’’ sahutku ketika itu.
Tulisan dalam undangan itu masih berlangsung hingga saat ini manakala pesantren yang menjadi pusat Thoriqoh Naqsabandi Qolidiyah Blitar Raya itu mengadakan kegiatan dan mengundang masyarakat sekitarnya. Dan semua santri dan panitia sudah paham, siapa nama Nur ST,Nur SH dan Nur SE.*