COWASJP.COM – ockquote>
C a T a T a N: Slamet Oerip Prihadi
--------------------------------------------------
PUNCAK dari acara 1st Anniversary dan Reuni Jilid 6 Cowas JP (Konco Lawas mantan karyawan Jawa Pos Group) adalah jamuan makan malam di Balai Kota Among Tani Batu, dengan tuan rumah Eddy Rumpoko (ER), Walikota Batu.
Rangkaian acara yang padat dan efektif sejak pukul 09.00 sampai pukul 22.00 Minggu 21 Agustus 2016. Sebenarnya hari ulang tahun (HUT) pertama Cowas JP jatuh pada hari Jumat 19 Agustus 2016. Namun, karena sebagian anggota Cowas JP masih aktif di bidang kerjanya masing-masing, maka acara HUT sekaligus Reuni digelar Minggu 21 Agustus.
MAAF HANYA MIE PANGSIT: Anggota CoWasJP Jabodetabek Cak Umar dan Kang Bertho kloter terakhir yang akan kembali ke kotanya. Mereka berdua menyempatkan untuk mampir ke kantor TIMESIndonesia. (Foto: Sukma/CoWasJP)
Acungan jempol wajib diberikan kepada Panitia Reuni dan Anniversary Cowas JP Korwil Malang Raya yang dipimpin Mas Husnus Djuraid. Dibantu total Mas Purwanto, Mas Choirul Anwar, Ahmad Sukmana, Taufiq, dan dukungan moral serta material Mas Imawan Mashuri.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga wajib diucapkan kepada para Donatur CowasJP. Mulai dari Mas Irawan Nugroho (Washington, Amerika Serikat), Mas Arif Afandi (Dewan Pengawas CowasJP), dan banyak lagi yang tidak mau disebut namanya. “Sebut saja dari Hamba Allah,” tutur Konco Lawas yang spontan memberikan sumbangannya sekian ratus ribu rupiah dalam bentuk uang cash.
Dari kiri, Khusnun Djuraid, Imron Mawardi, Taufiq, dan Mas Choirul Anwar. (Foto: Umar/CoWasJP)
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga perlu diucapkan kepada semua Konco Lawas yang hadir, dan yang tidak hadir karena berhalangan. Ada yang sakit, ada yang tidak hadir karena ketinggalan bus rombongan dari Surabaya. Niat dan semangat mereka wajib diapresiasi.
Banyak wajah baru yang dalam 5 reuni sebelumnya tidak hadir, kini hadir di markas Times Indonesia, Jalan Pandan 5, Malang, tempat acara utama dilaksanakan. Antara lain: Mas Adi Samekto (Jember), Mas Subur (Lumajang), Mas Shodiq Syarif (Jember), Dono Sumarwoto (mantan grup tabloid Oposisi Jakarta), Mas Agus Sunyoto (mantan wartawan JP era Kembang Jepun), Agus Dwi (mantan Satpam JP era Karah Agung), Agus Mahfudi (mantan pemasaran), Nora (mantan Nyata), dan Bu Murtilah.
YANG JARANG HADIR TAPI DI MALANG MEREKA HADIR: Ustad Agus Sunyoto (1), Cak Shodiq Syarif (Jember), Cak Bertho (Jabodetabek), Cak Subur (Lumajang), dan Cak Adi Samekto. Foto 3 Bawah: Tampak Dirman, mbak Ita Liz, Bu Sulichah, mbak Aris asyik berjoget ria. Sedang foto bawah (4) Dono Sumarwoto Direktur baru CoWasJP.com.
Sebenarnya Mamik (mantan bagian keuangan JP) juga siap hadir tapi kakinya terkilir sehari menjelang berangkat ke Malang. Mas Djono W. Oesman juga siap hadir, dan sudah punya tiket Kereta Api, tapi terserang diare menjelang berangkat dari Stasiun Senen, Jakarta.
Hendraal Koesnan Soekandar dan Nyonya pun sebenarnya siap berangkat, namun kedua beliau sakit dan tidak boleh kelelahan. Mas Heru (Pracetak), Mas Lutfi Ibrahim dan Nyonya ketinggalan bus rombongan dari Surabaya. Bus berangkat pukul 06.00 tepat, ketiga beliau tiba di tempat start, KFC Jalan Ahmad Yani, Surabaya, pukul 06.15, Minggu 21 Agustus 2016. Sayang.
BALAI KOTA TANPA SEKAT
Kembali pada pokok persoalan. Puncak acara Reuni dan 1st Anniversary adalah jamuan makan malam oleh Sam ER – sapaan akrab Walikota Batu Eddy Rumpoko.
Yang mengesankan dari acara jamuan makan ini bukan saja kopinya yang nikmat, nasi sotonya (daging dan kikil sapi) yang sedap, suvenirnya berupa buah-buahan dan kain batik khas Batu. Tapi yang lebih mengesankan lagi adalah isi pidato sambutan Sam ER dan tempat jamuan makan malam di Balai Kota Among Tani yang megah itu.
Balai Kota Among Tani tersebut berdiri di lahan seluas 4,2 hektar di Jalan Panglima Sudirman. Setara dengan 3 lapangan sepakbola lengkap dengan lahan parkirnya. Ada 7 gedung berdiri di sana, dan didesain sebagai Block Office. Lima gedung perkantoran, satu gedung serba guna (inilah yang disebut sebagai Balai Kota Among Tani), dan Masjid.
Walikota Batu, Eddy Rumpoko (membelakangi) saat menyambut tamu CoWasJP dari surabaya. (Foto: CoWasJP.com)
Lahan berbagai kantor. Gedung A, Gedung B1, Gedung B2, Gedung B3, dan Gedung C. Di Gedung A, 5 lantai dengan fasilitas 2 lift inilah ruang kerja Walikota Batu (lantai 5), dan Wakil Walikota Ir Punjul Santoso (lantai 4).
Inilah Block Office pertama nan megah di Jawa Timur! “Kita bangun dengan dana Rp 300 miliar dari pendapatan asli daerah (PAD) Kota Batu,” tutur Walikota Batu, Eddy Rumpoko, saat memberikan sambutan di hadapan Konco-Konco Lawas mantan karyawan Jawa Pos (Cowas JP).
TETAP RAMAH: Walikota Batu, Eddy Rumpoko, saat memberikan sambutan di hadapan Konco-Konco Lawas (CoWasJP). (Foto: CoWasJP)
Lantai 3 Gedung A adalah ruang kerja SKPD. Di Block Office tersebut juga berkantor BPM (Badan Penanaman Modal), Dinas Pendapatan, juga ruangan-ruangan tempat berkantor berbagai organisasi kemasyarakatan (Ormas). Antara lain Koperasi Karya Praja, BPJS, NU, Muhammadiyah, MUI, KONI Batu, Bank Jatim, ATM CenterFood Court, Customer Service, jaringan dan keamanan, smoking area, kid corner, latkasi room. Luar biasa!
Tapi yang paling menarik adalah Balai Kota Among Tani. Hall pertemuan yang megah. Panjang sekitar 50 meter, lebar sekitar 50 meter, dan tingginya sekitar 25 meter. Di situlah Sam ER – sapaan akrab Walikota Batu – menjamu Cowas JP.
Foto by CoWasJP
“Ruangan ini terbuka untuk warga yang membutuhkan. Ini adalah ruangan besar tanpa sekat. Warga petani yang bersandal jepit pun kami terima di sini. Kami ingin kontak langsung dengan berbagai lapisan masyarakat di sini,” tutur Sam ER.
Dijelaskan bahwa program kerja pemerintah hakikatnya adalah ruang yang bersekat. Ada pemisah antara para eksekutif dengan wong cilik. Apa yang beliau utarakan, menjadi renungan kami sejak Minggu malam 21 Agustus lalu hingga tulisan ini ditayangkan.
Kami bukan sarjana. Kami bukan politikus. Kami juga bukan seorang pakar. Tapi inilah renungan wong cilik yang Minggu malam lalu menjadi tamu Sam ER.
“Melihat Kota Batu jangan hanya melihat Jatim Park, Taman Rekreasi Selecta, Batu Night Spectacular-nya saja. Initi dari kota Batu adalah para petani. Itulah sebabnya gedung ini kami namakan Balai Kota Among Tani,” urai Sam ER yang menjabat Walikota Batu di tahun ke-9.
Foto by CoWasJP
Sembilan tahun kepemimpinannya berhasil mengubah Batu menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata nasional. Tahun 2015 tercatat 3,5 juta wisatawan menyerbu Kota Batu.
Padahal, Kota Batu (dengan Walikota) baru berusia 15 tahun. Tahun 2016 telah direncanakan investasi senilai Rp 1,7 triliun!
“Kota Batu sampai kehabisan stok apel. Saking mbludaknya permintaan. Kami terpaksa mengambil apel dari daerah di luar Kota Batu,” kata Sam ER.
Balai Kota Among Tani adalah balai tanpa sekat untuk merekam dan mengetahui langsung suara dan kebutuhan asli rakyat Batu. Dalam pemikiran kami, cerdas sekali Sam ER.
Sebab, kita punya Wakil Rakyat, tapi belum tentu mereka merekam dan memperjuangkan suara dan kebutuhan rakyat yang asli. Bisa jadi, mereka memang Wakil Rakyat, tapi sejatinya mereka hanya seolah-olah mewakili rakyat. Mereka pejabat pemerintahan, tapi sejatinya hanya berbuat seolah-olah memperjuangkan kebutuhan rakyat.
Contoh konkret dan aktual. Pemerintah berencana menaikkan harga rokok luar biasa. Cukainya dinaikkan luar biasa sebagai amunisi pembangunan. Tapi mana suara Wakil Rakyat yang mewakili 100 juta perokok Indonesia. Mana? Kami katakan saja di Indonesia ada 100 juta orang perokok. Toh tidak ada riset yang menghitung jumlah perokok. 100 juta perokok Indonesia jauh lebih besar dari warga Singapura dan Malaysia. Adakah Wakil Rakyat kita yang mengaspirasikan kebutuhan kaum perokok Indonesia?
Bagi perokok sejati, silakan harga rokok dinaikkan, tapi harus diperuntukkan menaikkan pendapatan petani tembakau, petani cengkih, dan buruh rokok. Tapi kalau itu diambil sebagai cukai, kaum perokok tidak rela.
Naikkan harga tembakau, naikkan harga cengkih, naikkan upah buruh pabrik rokok, baru kaum perokok Indonesia rela. Mana suara Wakil Rakyat yang mengayomi 100 juta perokok Indonesia? Apakah rokok barang haram?
Itulah contoh konkret Wakil Rakyat kita di DPR lebih pada seolah-olahnya.
Nah, di Balai Kota Among Tani yang dibangun oleh Sam ER yang juga perokok ini, siapa saja warga Kota Batu boleh bertemu pemimpinnya. Menyampaikan keluhan dan usulannya. Dengan bahasa mereka yang sederhana dan lugas. Langsung!
Terus terang, 150 juta wong cilik Indonesia merasa kurang terwakili lagi oleh kaum Senatornya. Kebutuhan asli wong cilik sudah termodifikasi dengan kebutuhan partai masing-masing. Tidak asli dan tidak murni lagi.
Balai Kota Among Tani yang menyerap keaslian dan kemurnian suara wong cilik inilah motor utama perubahan signifikan Kota Batu dalam 9 tahun kepemimpinan Sam ER. Maka. Sebagai wong cilik, izinkan kami berangan-angan: andai Sam ER naik menjadi Gubernur Jatim, maka “Bumi Majapahit” bakal mengalami perubahan luar biasa. Wong cilik makin gumuyu dan sejahtera lahir dan batin. Kami bukan orang dekat Sam ER. Berbicara langsung empat mata pun tak pernah. Ini hanyalah suara hati kami.
Memang, Balai Kota Among Tani baru terbangun sekarang. Namun, sejatinya, di dalam jiwa Sam ER sudah sejak mudanya dulu berdiri kokoh "Balai Kota Among Tani." Yang pro dan peduli kepada kepentingan wong cilik.
Tak hanya sektor ekonomi yang maju pesat. Sektor budaya dan olahraga pun akan bergerak mencapai level lebih tinggi. Termasuk sepakbolanya yang menjadi cabang olahraga paling digandrungi oleh warga Jatim. Personal dan totalitas pribadi ER adalah pilihan yang tak salah. Semoga.*