COWASJP.COM – BASUKI CAHAYA PURNAMA, sebuah nama orang yang bagus didengar. Basuki bisa diartikan orang yang baik, Cahaya, sebuah sinar yang dibutuhkan setiap insan manusia, Purnama , sebuah planet bumi yang bisa menerangi alam jagat raya ini.
Nama Basuki Cahaya Purnama alias Ahok yang mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta akhir-akhir menjadi sebuah komodinas politik yang kontroversial. Ada yang pro dan ada yang kontra.
Bahkan, sebuah organisasi kemasyarakat FPI dengan gigi menentang pencalonan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Lain lagi dengan sosok wartawan Senior Bang Karni Ilyas. Dia lewat sebuah tulisannya menyayangkan sikap Ahok yang main gusur terhadap para nelayan di pantai utara Jakarta. Bang Karni tau persis apa yang akan dilakukan Ahok nantinya.
Berdasarkan fakta yang ada Bang Karni menganggap sikap Ahok yang akan membenahi ibu kota negeri ini, tanpa memikirkan nasib para nelayan.
Saya tidak tau persis keadaan nelayan di pantai utara Jakarta. Yang jelas semua nelayan tradisional di negeri ini perlu diberi perlindungan dan ditingkatkan kehidupannya. Kalau toh kampung nelayan digusur dengan dalih itu tanah Negara, saya kira kurang tepat. Kalau perlu mereka diberikan hak atas tanah yang ditempati secara turun temurun. Semua warga Negara di bumi pertiwi ini berhak mendapat perlindungan hidup dan tempat tinggal yang layak.
Semua kampung nelayan seyogyanya perlu dilestarikan. Perkampungan nelayan punya daya tarik tersendiri bagi mereka yang tinggal jauh dari pantai. Bahkan kampung nelayan bisa punya daya tarik wisatawan lokal maupun manca negara.
Sebenarnya Koh Ahok bisa melirik kampung nelayan di pantai Kenjeran Surabaya. Sepanjang pantai kenjeran yang terletak dibelahan Surabaya Timur dan Utara ini kampung nelayannya mendapat perhatian dari pemerintah kota Surabaya.
Misalnya di kelurahan Tambak Wedi. Kampung nelayan di daerah ini dibenahi agar kesejahteraan mereka terangkat. Ada tempat pelelangan ikan, bahkan belum lama ini telah diresmikan jembatan Kenjeran, sebagai sarana rekreasi warga kota.
Saya sebagai orang Jawa Timur sebelumnya bangga dengan Koh Ahok dalam membenahi kota Metropolitan sebagai ibu kota negeri ini. Dia memang seorang pekerja keras, cerdas, dan berani menindak anak buahnya yang kerjanya kurang beras. Dia sering blusukan seperti seniornya Presiden Jokowi. Apa yang kurang beres cepat dibenahi. Kepemimpinanya setelah diangkat jadi gubernur DKI Jakarta banyak media yang meliris semua kegiatannya.
Saya pribadi kalau membaca berita ibu kota baik melalui medsos maupun koran, tanpa ada berita Koh Ahok, rasanya hambar. Apalagi kalau dia lagi “Naik Pitam” memarahi bahawahnya, tanpa pandang bulu. Bahkan nilai-nilai kesantunan sebagai orang timur kadang dibabaikan. Begitulah. Bagaimanapun Ahok tetap Ahok. Itu sifat yang seperti dimiliki kaumnya. (*)