COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Erwan Widyanto
------------------------------------
SETELAH melakukan tinjauan lapangan ke lokasi longsor di Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Rektor UGM Dwikorita Karnawati mengusulkan agar lokasi tersebut sebaiknya ditutup untuk sementara. Ini karena, kondisi tanah di wilayah tersebut sangat labil.
"Kondsi lereng dan batuan atau tanah di lokasi kejadian sangat labil karena terletak di zona patahan. Selain itu kondisi tutupan lahan juga mulai terbuka, maka masih berpotensi terjadi longsor susulan. Jadi sebaiknya lokasi tersebut dan sekitarnya ditutup sementara," tegas Dwikorita kepada CowasJP.com (10/4).
Dwikorita menambahkan, potensi longsor sangat besar apabila terjadi proses pemicu. Baik berupa hujan ataupun berupa penggalian, pembebanan dan getaran-getaran pada endapan longsoran maupun pada tebing-tebing di sekitarnya. Melihat kondisi seperti itulah, usulan penutupan lokasi diusulkan.
Minggu lalu tim mitigasi bencana UGM terjun ke lokasi bencana dengan tujuan untuk mencari fakta riil di lapangan sekaligus mengetahui penyebab utama longsor tersebut. Tim juga melakukan analisis dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor susulan baik di lokasi kejadian atau pun wilayah lain di Ponorogo.
Ditambahkan, saat ini Tim UGM juga telah menyelesaikan pemetaan utk membantu pemda dalam memilih lokasi relokasi yang lebih aman.
Saat terjun ke lokasi, Dwikorita bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, berada di lokasi longsor.
ILUSTRASI: Longsor Ponorogo (Foto: istimewa)
Menurut Dwikorita tim mitigasi ini langsung terjun ke lokasi bencana dengan tujuan untuk mencari fakta riil di lapangan sekaligus mengetahui penyebab utama longsor tersebut. Tim juga melakukan analisis dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor susulan baik di lokasi kejadian atau pun wilayah lain di Ponorogo.
“Kalau dilihat secara alamiah memang kondisi lerengnya labil ditambah curah hujan yang tinggi. Struktur geologinya rapuh dengan adanya zona patahan,”papar Dwikorita.
Selain itu, tim mitigasi UGM yang berasal dari beberapa bidang ilmu ini juga akan membantu pemetaan lokasi relokasi bagi warga yang terdampak bencana dengan menggunakan drone. Dwikorita menjelaskan tim ini juga bertugas menggalakan perlunya menerapkan Ilmu Titen untuk mengenali ciri-ciri lahan dan lereng yang rentan longsor, atau pun tanda-tanda awal lereng akan longsor.
“Dengan Ilmu Titen ini diharapkan masyarakat akan semakin memahami peringatan dini longsor sehingga mampu mencegah atau pun menghindari longsor,”urai pakar geologi UGM itu.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, melihat pemerintah daerah beserta masyarakat sebenarnya sudah mengantisipasi terjadinya longsor tersebut. Terbukti, warga sudah mengungsi ketika di malam hari, namun pada saat kejadian mereka tengah kembali bekerja di ladang.
“Sistem peringatan dini sebenarnya sudah berjalan. Tapi pada saat kejadian warga ada yang kembali ke ladangnya,”kata Willem.
Melihat kondisi tersebut maka nantinya warga akan direlokasi ke lokasi yang lebih aman. Proses evakuasi serta pencarian korban juga terus dilakukan. Sementara untuk bantuan logistik, Willem melihat sudah mencukupi dan berjalan dengan baik. (wan)