COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Santoso
----------------------
MEMBANGUN industri dengan mendatangkan investor di Kota Madiun, itu mimpi di siang bolong. Sebab dilihat dari infrastruktur maupun geografisnya, Kota Pecel ini memang tidak layak untuk pembangunan pabrik besar. Jauhnya dari pelabuhan akan membuat cost sangat tinggi dalam hal angkutan. Lantas apa tidak mungkin Kota Madiun mendatangkan investor besar????
''Bukan tidak mungkin, tapi Madiun bisa mendatangkan investor pendidikan, seperti Ciputra dan Lippo,'' kata DR. Harryadin Mahardika, MM, Ph.D, Direktur Magister Manajemen Universitas Indonesia ini.
DR. Harryadin Mahardika, MM, Ph.D, Direktur Magister Manajemen Universitas Indonesia. (Foto: CoWasJP)
Apalagi kota Madiun merupakan pendidikan yang cukup strategis yang dikelilingi kota-kota kabupaten yang semakin maju, seperti Kabupaten Ngawi, Ponorogo, Magetan, dan Pacitan. Dan Kota Madiun dengan slogannya Kota Gadis (Perdagangan, Pendidikan dan Industri) sangat layak untuk lebih menonjolkan program pendidikannya.
Apakah investor-investor pendidikan itu tidak akan mematikan perguruan tinggi yang sudah ada di Madiun? Dengan tegas Harryadin mengatakan ‘’tidak.’’ Sebab persaingan tidak harus mematikan salah satu pihak, namun justru akan terbentuk sikap kompetitif antar perguruan tinggi.
Sebab pasti ada jurusan-jurusan andalan setiap perguruan tinggi. Lagi pula, dengan semakin banyaknya perguruan tinggi dii Madiun, warga Madiun dan sekitarnya tidak perlu jauh-jauh melanjutkan kuliah.
‘’Ini juga lebih meringankan beban orang tua,’’ ujarnya.
Penulis (kanan) dan DR. Harryadin Mahardika, MM, Ph.D. (Foto: CoWasJP)
Menurut Harryadin Mahardika, saat ini Madiun membutuhkan perguruan tinggi dengan jurusan berbasis IT. Sebab, ini lebih memungkinkan untuk menggaet investor-investor yang berbasis IT. Salah satu contoh Kaskus. Perusahaan ini bisa berinvestasi di Kota Madiun. Sebab tidak memerlukan lahan yang luas. ‘’Cukup menggunakan Ruko,’’ katanya.
Apalagi perusahaan semacam itu, kalau mendirikan perusahaan di Kta Madiun, jelas ;ebih meringankan beban. Misalnya Upah Minimum Kota (UMK) jelasd lebih rendah dibanding Jakarta. Dengan demikian investor pendidikan yang dibarengi dengan outsourching bisa menyerap tenaga berpendidikan tinggi lokal. Dan secara umum, Harryadin Mahardika mengulas perkembangan pendidikan di Kota Madiun yang semakinmaju. Khususnya dengan bermunculan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang makin marak.
Ia menggambarkan perkembangan sekolah dari SD sampai SMA yang mengerucu, bagaikan piramida. Kan terjadi persaingan antara sekolah swasta yang berbayart dengan sekolah negeri yang gratis. Sehingga sampai tingkat SMA akan tersaring siswa yang berkemampuan finansial dan kemampuan intelektualnya.
‘’Sebab sekolah negeri yang gratis akan bersaing ketat dengan sekolah swasta berbayar yang jelas penuh inovasi. ‘’Sekolah negeri, meski tidak semuanya, akan terbentur pakem yang sudah ada, sedang swasta lebih leluasa,’’ katanya. (*)