Pendidikan

M. Tafidzul Khoiri, Mahasiswa Unipma Belajar Peternakan di Jepang

M.Tafidzul Khoiri, saat belajar di Jepang. (Foto: M.Tafidzul Khoiri for CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Santoso

-----------------------

JEPANG merupakan salah satu negara maju di Asia. Tak hanya di bidang perdagangan dan industri saja, namun di bidang peternakan pun tidak kalah dengan negara lain. Kuncinya adalah bekerja secara sistematis, terencana dan disiplin.

‘’Sama-sama peternak, antara di sini dan di Jepang amat sangat berbeda, khususnya dalam bidang manajemen,’’ kata M.Tafidzul Khoiri, Mahasiswa Universitas PGRI Madiun (UNIPMA).

khoiriOMqCD.jpg

Selama 10 bulan Khoiri belajar peternakan di Jepang. Ia terekrut dalam Program Magang Petani Muda di Negara Matahari Terbit itu. Ia berangkat April 2016 dan baru pulang bulan Februari 2017 lalu.

‘’Semula saya bingung juga, di Jepang saya ditempatkan di petani ternak sapi, padahal saya kan peternak kambing,’’ kata mahasiswa semester akhir Fakultas Ekonomi UNIPMA dengan konsentrasi pada studi akuntansi.

Kondisi seperti itu justru membuat Khoiri merasa beruntung. Sebab, ia justru bisa mempelajari manajemen peternakan, yang justru sangat diperlukan di Indonesia, khususnya Madiun. Di Madiun rata-rata peternak tidak menggunakan manajemen dalam bekerja, hanya secara tradisional turun menurun.

Tafidzul-Khoiri1SK4Ae.jpg

‘’Padahal dengan manajemen yang baik, justru membuat pekerjaan berat itu terasa ringan,’’ katanya.

Manajemen peternakan yang dimaksud Khoiri meliputi, perencanaan tata ruang kandang. Dalam tata ruang kandang ini juga meliputi bagaimana membuang limbah, menempatkan pakan dan sebagainya.

‘’Ternyata manajemen tata ruang ini tidak sesederhana yang kita kira, padahal di sana juga banyak peternak kecil seperti kita yang hanya punya beberapa ekor sapi,’’ ujarnya.

Dan ilmu yang didapat dari sana yang paling penting sebenarnya sangat sederhana saja. Yakni jangan abaikan yang kecil-kecil. Bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan besar, sedang yang kecil tidak tertangani,’’ katanya.

Tafidzul-Khoiri2VdQjD.jpg

Selain itu juga manajemen waktu kerja. Waktu kerja diatur sedemikian rupa, mulai jam 07.00 pagi hingga pukul 15.30. Setiap jam 09.00 coffe break sambil makan roti. Istirahat lagi jam 12.00.

‘’Panjangnya waktu kerja ternyata tidak membuat kta capek, meski waktu kerja kita tidak bisa main-main, harus serius,’’ ungkapnya. 

Padahal yang ditangani sekitar 800 ekor sapi, dan hanya digarap oleh 5 pekerja saja. Di antaranya adalah pemilik peternakan yang disebut ‘’bapak’’ oleh Khoiri, dibantu dengan 3 anaknya. Saat Khoiri ‘’belajar’’ di situ berarti tambah 1 pekerja lagi.

‘’Waktu benar-benar dimanaj dengan baik, sehingga kita tidak merasa capek. Padahal sore harinya, kita masih adakan diskusi kecil tentang pekerjaan  hari ini, evaluasi dan apa yang akan dikerjakan esok hari,’’ katanya.

BACA JUGA: Mampu Membuat Bogie Kereta Api Pesanan PT INKA

Dengan perencanaan dan disiplin kerja, membuat tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga yang tidak perlu, meski untuk mengurus ratusan ekor sapi. Sebab rata-rata peternak di sana memiliki ratusan ekor. Lagi pula di Jepang, waktu dan tenaga benar-benar dihargai.

‘’Waktu kerja ya kerja, waktu coffe break sekitar jam 10 pekerjaan ya harus berhenti, istirahat juga demikian,’’ ungkapnya.

Karena itulah mesti kerja keras dan berat, namun tidak merasa capek. Sebab dilakukan secara terencana dan sistematis. ‘’Waktu dan tenaga benar-benar dihargai,’’ ujarnya.

Khoiri juga mengamati betapa di Jepang kelompok tani begitu kuat. Dan di sana tidak ada yang namanya blantik, atau tengkulak. Peternak di sana langsung  berhubungan dengan buyer. Karena itulah peternak bisa mendapatkan harga yang tinggi. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda