COWASJP.COM – SUDAH seminggu Oktaviani, 18 tahun, gadis asal Muara Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel), bersama puluhan temannya disekap oleh oknum-oknum yang mengaku karyawan PT Optima di Mataram, Lombok. Sampai Sabtu siang ini, 16 September 2017, Oktaviani dan kawan-kawannya masih disekap di sana. Diperkirakan sekitar 40 korban penyekapan, mayoritas wanita di bawah umur.
Kejadian penyekapan ini terungkap setelah Oktaviani berhasil menghubungi kakak sepupunya yang berdomisili di Gresik lewat HP (handphone). Suami kakak sepupunya di Gresik, Suprianto, adalah mantan desain grafis Surabaya Post dan situs Sportjatim.com. Desain grafis andalan.
“Sekarang saya dan saudara dari Kejari Gresik melaporkan kasus penyekapan ini kepada Reskrim Polres Mataram lewat HP. Pihak Polres Mataram minta agar orang tua korban di Musi Rawas membuat laporan pengaduan,” kata Suprianto.
Sudah sejak 9 September para korban penipuan disekap di sebuah rumah yang dijadikan mess calon karyawan, di Jalan Pariwisata, Paok Motong Bagek Gaet nomor 32, RT 02/RW 04, Kecamatan Masbagik, Mataram. Letaknya kira-kira 100 meter dari SDN 2 Paok Matong. Semuanya tidak boleh keluar rumah.
Sebelah kiri, rumah tempat penyekapan, 100 meter dari SDN 2 Paok Matong. Dekat Mataram. Ini hasil searching google yang dilakukan paman korban.
“Ada foto rumahnya hasil pelacakan google yang saya lakukan,” kata Suprianto. “Seluruh keluarga cemas, karena kemarin ada telepon dari Oktaviani. Dia minta segera dijemput sambil menangis. Tapi pihak PT Optma melarangnya,” jelas Suprianto.
Kasus penipuan dan penyekapan tenaga kerja masih saja terjadi. Kalau pihak kepolisian tidak segera bertindak, dikhawatirkan tempat penyekapan dipindah dan sulit terlacak lagi.
“HP adik sepupu isteri saya itu sudah disita oleh petugas PT Optima di rumah penyekapan. Setiap kali Optima telepon selalu didampingi petugas PT Optima, karena itu Oktaviani tidak bisa bebas berbicara,” lanjutnya.
Kronologi kejadiannya sebagai berikut:
Jumat 8 September 2017
Oktaviani dan tiga kawan wanitanya diiming-imingi pekerjaan di PT Optima yang bergerak di bidang sales dan berkantor pusat di Surabaya.
Sabtu 9 September 2017
Setelah korban dimintai ongkos tiket pesawat, berangkat bersama tiga temannya ke Surabaya. Namun, setiba di Bandara Juanda korban langsung diminta terbang lagi ke Mataram, Lombok. Alasannya untuk menjalani proses training di sana.
“Setelah beberapa hari di Lombok, ternyata Oktaviani merasa tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Oktaviani minta pulang saja, tapi selalu dicegah oleh oknum karyawan PT Optima,” kata Suprianto menirukan keterangan Oktaviani. Di rumah penyekapan itu dijaga empat orang lelaki.
Mereka dibujuk tidak perlu cemas. PT Optima adalah perusahaan kaya. Kalau ada karyawan sakit pasti diobati. Menurut Lukman, oknum karyawan PT Optima, kalau mau pulang pasti dibelikan tiket pesawat Garuda. Menurut perjanjian, Oktaviani akan ditempatkan di Surabaya, tapi nyatanya dialihkan ke Lombok dengan berbagai alasan.
“Yang jelas Oktaviani disekap di satu rumah. Tidak pernah boleh keluar rumah. Semula ada sekitar 40 calon karyawan sebagai korban penipuan. Kemudian mereka dipencar-pencar di beberapa tempat yang tidak diketahui alamatnya. Sekarang Oktaviani masih berada di rumah penyekapan bersama empat kawan senasib. Kalau besok dia belum dibebaskan, saya akan terbang ke Mataram menjemput dia,” tegas Suprianto.
Program training-nya tidak jelas. Apalagi kalau benar harus ditempatkan di Lombok. “Tidak ada saudaranya di sana. Kalau di Surabaya kan dekat dengan keluarga kami di Gresik,” tambahnya.
Setelah searching google, diketahui bahwa nama lengkap perusahaan ituadalah PT Optimo Global Internasional. “PT itu terlibat kasus penipuan tenaga kerja. Korban penipuan dari berbagai kota di Nusantara.
Ada yang dari Bandung. Lulusan Jurusan Komunikasi salah satu perguruan tinggi. Semula diminta jadi karyawan bidan adverstising. Tapi setelah diminta psiko tes, disuruh nunggu tutor. Setelah ketemu tutornya, malah diajak praktek sales. Korban tidak boleh membawa sepeda motornya. Setelah sampai di Cimahi disuruh jualan alat pijat. Korban pun segera cabut pulang ke rumah. (*)