COWASJP.COM – PERTEMUAN Mbah Marsiatim dengan putranya Sukarman, 60 tahun, di RS Tarakan Jakarta Pusat akhirnya terjadi Kamis 2 November 2017 sore. Semula diperkirakan pertemuan bisa terjadi sekitar pukul 11.00 siang. Namun, macetnya jalanan Jakarta membuat pertemuan baru terjadi sekitar pukul 15.00.
Pak Ali, Ketua RW 04 Ambengan Batu, yang mendampingi Sukarman mengatakan, suasana pertemuan sangatlah mengharukan. “Bayangkan 55 tahun mereka tak bertemu. Waktu berpisah pada 1962 silam, Mbah Marsiatim masih berusia di bawah 30 tahun, dan Cak Sukarman masih usia 5 tahun. Baru sekarang mereka bertemu kembali ketika usia Mbah Marsiatim sudah hampir 90 tahun dan Cak Sukarman berusia 60 tahun.”
“Besok usai Shalat Jumat (3 November 2017), Mbah Marsiatim bersama kami (saya dan Cak Sukarman) diantar ambulans dari RS Tarakan Jakarta Pusat ke Ambengan DKA nomor 37 Surabaya,” tutur Pak RW.
“Alhamdulillah bantuan kemanusiaan datang tak terduga. Yayasan Sahabat Yamima (berkantor di Bekasi) siap menyediakan ambulans secara gratis dan mengantar kami. Terima kasih buat pengelola Yayasan Sahabat Yamima,” lanjutnya.
Kalau biaya ambulans dari Surabaya ke Pare Rp 2,5 juta. Diperkirakan biaya ambulans Jakarta Surabaya sekitar Rp 10 juta.
BACA JUGA: Ibu dan Anak Bertemu Kembali Setelah 55 Tahun Berpisah​
Pak RW 04 Ambengan Batu menjelaskan, sekarang Cak Sukarman tidak tinggal lagi di Ambengan Batu Gang 1 nomor 33 (rumah lama mereka). Sudah pindah ke Ambengan DKA nomor 37, tapi masih di dalam lingkungan RW 04 Ambengan Batu. “Putera Mbah Marsiatim ada 4 orang. Yang dua orang pria, dua orang lainnya wanita. Tapi yang ada di Ambengan DKA hanya Cak Sukarman. Cak Sukarman putera kedua. Tiga saudara lainnya sudah lama pergi dan belum diketahui di mana mereka bertempat tinggal.
Ali (Kaos kuning), Ketua RW 05 Ambengan Batu Surabaya yang ikut menjemput.
Tampaknya, keluarga Mbah Marsiatim telah lama “terpecah belah.” Perginya Mbah Marsiatim ke Jakarta tanpa pesan 1962, disusul dengan meninggalnya sang suami pada 1967.
“Ayahnya Cak Sukarman anggota TNI AD. Tapi saya kurang jelas apa pangkat terakhirnya. Sejak kecil keempat putera Mbah Marsiatim diasuh oleh para tetangganya. Ceritanya panjang. Nanti saja kita ketemu di Surabaya, akan saya ceritakan semua. Juga dari cerita para tetangga di Ambangan Batu dan Ambengan DKA,” urai Pak Ali, Ketua RW 04 Ambengan Batu Surabaya itu.
Masih banyak cerita yang bisa digali. Misalnya, mengapa Mbah Marsiatim tahun 1962 nekad pergi ke Jakarta bersama temannya tanpa pamit? Apa sebenarnya yang terjadi? Adakah kesulitan ekonomi luar biasa yang mereka alami saat itu?
Diperkirakan, kalau tidak macet berat di perjalanan, ambulans Yayasan Sahabat Yamima yang mengantar Mbah Marsiatim tiba di Ambengan Batu Sabtu 4 November 2017 sore.
“Ini tadi perjalanan dari RS ke markas Yayasan Sahabat Yamima (YSY) di Bekasi sekitar 5 jam. Macet parah di mana-mana. Berangkat usai Magrib dari RS Tarakan, baru tiba di markas YSY pukul 23.00 (Kamis 2 November 2017),” kata Ali.
Mereka langsung istirahat. “Kami tidak tidur mulai kemarin siang sampai tengah malam ini. Besok saja ya saya jelaskan lebih lanjut. Kami lelah, tapi kami juga bahagia. Ini tugas kemanusiaan yang mulia,” pungkas Ali.(*)