Tradisi 7 Hari Pasca 1 Syawal

Pesona Lebaran Ketupat di Durenan Trenggalek

Bupati Trenggalek dan Forpinda saatikut memeriyahkan lebaran Ketpat di Durenan Trenggalek. (Foto: Kusnin/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Imam Kusnin Ahmad

-----------------------------------------

RABU 13 Juli 2016, saya sempat mengikuti acara perayaan Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan,Kabupaten Trenggalek. Acara tahunan (tradisi) ini diselenggarakan tujuh hari setelah lebaran idul fitri 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Tahun ini lebaran ketupat jatuh pada 13 Juli 2016.

Bupati Trenggalek  Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc dan Wakilnya Mochammad Nur Arifin bersama jajaran pimpinan daerah (Forpinda), Ketua DPRD Kabupaten Trenggalek Samsul Anam,  Ketua Pengadilan Negeri Bambang Nurcahyono, Kapolres AKBP I Made Agus Prasetya, Dandim 0806 Trenggalek  Letkol Arm Bayu Argo Asmoro, ikut hadir dalam perayaan itu.

Pada kesempatan itu mereka melakukan silaturrahmi dengan beberapa kiai di Kecamatan Durenan dan Kecamatan Kelutan. Silaturrahmi ini sebagai puncak acara Lebaran Kupatan 1437 H tahun ini.

Lebaran Kupatan merupakan suatu tradisi atau adat istiadat Jawa, khususnya di Kabupaten Trenggalek yang telah terpelihara secara turun temurun di lingkungan Pesantren.

Lebaran Kupatan dilaksanakan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri 1437 H, yang dilaksanakan di Kecamatan Durenan dan Kecamatan Kelutan Kabupaten Trenggalek.

bupati-trenggalek0RKd2.jpg

Bupati Trenggalek (kiri) saat menghadiri acara tradisi kupatan. (Foto: kusnin/CooWasJP.com)

Umat Islam biasanya merayakan Hari Raya Idul Fitri setiap tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Metode dalam menentukan tanggal tersebut pada penanggalan Masehi terdapat perbedaan di kalangan umat Islam. Karena ada yang hanya menggunakan hisab dan ada juga yang mengunakan hisab dan ru’yatul hilal (melihat bulan-red).

Namun, pada beberapa tahun terakhir, berkat upaya rekonsiliasi dari Kementerian Agama RI yang menampung serta menggandeng seluruh Ormas di Indonesia, menjadikan kesepahaman penetapan 1 syawal jatuh pada hari yang sama, meskipun ada satu atau dua kelompok yang tidak mengikuti ketetapan dari pemerintah. 

Lazimnya, umat Islam mengartikan puncak kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh, yaitu ketika sudah masuk Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Namun, di Kabupaten Trenggalek, tepatnya di Kecamatan Durenan, puncak hari raya tidak hanya pada Idul Fitri.  Masih ada Lebaran  Kupatan  seperti yang terjadi 13 Juli lalu.

“Kita menyelenggarakan lebaran ketupat ini setelah kita puasa sunah selama enam hari setelah hari trasek.  Atau sehari setelah 1 Syawal,’’ jelas Moh.Mahsun, tokoh masyarakat Durenan.

Menurut Mahsun, dari riwayat yang diketahui masyarakat luas,  tradisi Kupatan untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo. Melihat wilayah kewalian dari Kanjeng Sunan dalam dinamika ekspansi ajaran Islam di tanah Jawa, maka tidak mengherankan umat Islam di Jawa begitu familiar dengan tradisi Kupatan.

Namun, dari sekian banyak wilayah yang ada di kawasan Nusantara, Lebaran  Kupatan begitu mengakar sangat kuat, bahkan menjadi bagian kebudayaan masyarakat di Durenan, salah satu Kecamatan di Kabupaten Trenggalek.

Berdasarkan cerita para sesepuh, Hari Raya Kupatan terasa sangat istimewa di Durenan karena cikal bakal tradisi tersebut berawal dari kebiasaan seorang ulama terkenal di Durenan yang bernama KH. Abdul Mahsyir atau yang lebih populer dengan nama “Mbah Mesir.” 

wakil-bupati-dengan-tokoh-masyarakatXCS8h.jpg

Wakil Bupati Trenggalek (baju safari hitam) saat berbincang dengan salah seorang tokoh masyarakat. (Foto: kusnin/CooWasJP.com)

“Beliau adalah putra Kyai Yahudo Lorok Pacitan yang masih termasuk garis keturunan Sultan Hamengku Buwono III, salah seorang guru Pangeran Diponegoro,’’ katanya.

Semasa Mbah Mesir masih sugeng (hidup, red.), Bupati Trenggalek selalu mengundang beliau setiap pada hari pertama lebaran. Beliau baru pulang pada hari ketujuh setelah lebaran. Pada interval waktu tersebut itulah beliau melaksanakan puasa sunnah 6 hari, yang lebih kita kenal dengan puasa sunnah Syawal, atau bahasa jawanya Nyawal. 

“Mbah Mesir tergolong ulama yang disegani oleh masyarakat, maka tidak mengherankan apa yang menjadi kebiasaan beliau diikuti sebagai bentuk ketawadhu’an kepada seorang Kyai,’’ tandasnya.

Sampai Mbah Mesir meninggal, tradisi puasa 6 hari dan dirayakan pada hari kedelapan setelah lebaran tersebut tetap dilakukan oleh para santri dan masyarakat. Itulah sebabnya sampai sekarang Hari Raya Kupatan Durenan tetap lestari, bahkan menjadi icon budaya di Kabupaten Trenggalek.

bupati-terngalekw5PZO.jpg

Kedatang bupati disambut antusias warga. (Foto: kusnin/CooWasJP.com)

Dijelaskan, Kupatan diambil dari penggalan bahasa Jawa “Ngaku Lepat”, yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaku salah. Pribadi yang secara penuh mengakui kesalahan yang dilakukan atas dirinya akan mengarahkan seseorang untuk saling memohon maaf satu dengan yang lain. Kurang lebih seperti itulah makna yang terkandung dalam momen Hari Raya Kupatan.

“Kupatan itu sebagai istilah perayaannya. Dalam perayaan tersebut disajikan makanan khas yang bernama “Kupat”. Kupat merupakan makanan sejenis sompil atau lontong. Bahan utamanya sama-sama menggunakan beras. Yang membedakan adalah cara pembuatan dan bahan yang digunakan sebagai pembungkus.

Sebelum dimasak, beras terlebih dulu dimasukkan ke dalam anyaman janur (daun pohon kelapa yang masih muda) berbentuk jajar genjang dengan takaran tidak lebih dari setengah wadah. Setelah itu dimasak dengan cara direbus kurang lebih selama 4 jam. Dan Kupat siap dihidangkan dengan sayur, ikan, atau dengan lauk pelengkap lainnya,’’ jelasnya.

Tradisi Kupatan merupakan perayaan pada hari kedelapan paska Idul Fitri, setelah enam hari menjalankan puasa sunnah Syawal dengan sajian kuliner utama berupa Kupat.

KEUNIKAN HARI RAYA KUPAT DI DURENAN 

Warga Durenan biasanya mengawali perayaan Hari Raya Kupatan dengan menggelar slametan pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB. Pemuka agama setempat membunyikan kentongan di masjid dan musholla sebagai tanda slametan akan dimulai. Warga sekitar kemudian berkumpul dengan membawa Kupat lengkap dengan sayur dan lauk pauknya.

Setelah semua berkumpul dilanjutkan dengan shalat dhuha bersama dirangkai doa tahlil dan ditutup dengan makan bersama. 

suasana-ketupat-dan-wargaZ8gvC.jpg

Warga dengan antusian untuk meramaikan acara tradisi kupatan tersebut. (Foto: kusnin/CooWasJP.com)

Keunikan hari raya Kupatan di Durenan Trenggalek di antaranya rata-rata warga Durenan mengadakan open house di rumah masing-masing. Siapa pun bebas untuk bersilaturahim di rumah siapa pun yang mengadakan open house, meskipun tidak kenal dengan si empunya rumah. Di sinilah sesungguhnya letak sinyal silaturahim yang begitu kuat dalam tradisi Kupatan di Kecamatan Durenan. 

Selain itu dipastikan perut akan kekenyangan, sebab setiap singgah di rumah seseorang pasti akan disuguhi seporsi Kupat lengkap. Misalnya kita singgah di 4 rumah, maka 4 porsi Kupat yang akan kita nikmati.

Ada beragam sajian Kupat pada saat Lebaran Ketupat ini. Tentu hal ini menyesuaikan dengan selera si empunya rumah, terkait sajian seperti apa yang ingin disuguhkan kepada tamu-tamunya. Yang umum di masyarakat, sayur buah nangka ( jangan tewel, red) rata-rata menjadi sayur pelengkap Kupat.

Ditambah dengan berbagai lauk pauk untuk menambah selera, seperti lodho ayam, ikan tongkol kuah pedas dan lain sebagainya. Kalau beruntung kita bisa mendapatkan suguhan yang sesuai selera, sekarang tidak sedikit yang menyuguhkan Ketupat Sate, Ketupat Bakso, Ketupat Soto, Ketupat Rawon dan masih banyak lagi. Yang pasti semuanya gratis.

Keunikan lain yang dapat ditemukan pada saat hari raya Kupatan di Durenan adalah banyaknya balon udara berbahan plastik yang diterbangkan. Menjelang hari raya Kupatan, pemuda-pemuda di setiap desa di Kecamatan Durenan biasanya gotong royong membuat balon udara yang akan diterbangkan saat Kupatan. Pada hari tersebut bisa dilihat banyak balon udara dengan berbagai model, ukuran, dan warna beterbangan menghiasi langit Kecamatan Durenan.

pelepasan-balon-ketupatmiFrp.jpg

Suasana pelepasan balon udara yang dilakukan oleh masyarakat dalam acara tradisi kupatan. (Foto: kusnin/CooWasJP.com)

Namun yang terpenting adalah kesempatan menyambung silaturahim, dari yang awalnya jarang bertemu bisa bertemu lagi. Awalnya belum kenal menjadi kenal dan seterusnya. Silaturahim itulah yang terpenting.

Puluhan petugas  di terjunkan agar kegiatan tersebut sukses dibantu  puluhan anggota Banser ( Barisan Ansor Serbaguna). *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda