COWASJP.COM – Sesama pensiunan Jawa Pos jika bertemu ada yang berkata: "Koq setega itu ya bos kita kepada para karyawan yang dulu loyal dan bekerja keras mengikuti instruksinya. Segelap itu hatinya."
Hal ini diucapkan oleh Warisan, mantan karyawan percetakan Jawa Pos (Temprina). Laki-laki usia 54 tahun ini sangat menghormati Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos. Di matanya, Dahlan adalah sosok yang tak akan pernah ada tandingannya dalam sejarah konsorsium Jawa Pos.
"Saya menyebutnya seorang legenda. Sebab, lewat tangannya dia berhasil menempatkan Jawa Pos sebagai perusahaan media nasional yang maju dan disegani perusahaan lain," alasan Warisan.
Lulusan SMK Grafika Malang (1989) itu mengenal Dahlan bukan hanya setahun-dua tahun saja. Tak lama setelah menamatkan SMK Grafika-nya itu, dia diterima bekerja di percetakan milik Jawa Pos.
Karena termasuk dalam personel unggulan di percetakan, maka Warisan selalu terlibat dalam pemasangan mesin cetak anyar milik Jawa Pos di beberapa kota.
BACA JUGA: Goenawan Mohamad Dkk Hadir di Polda Jatim, Ratna Dewi Segera Dipanggil Ulang
"Kalau Jawa Pos hendak mendirikan percetakan baru di luar Surabaya, pasti saya masuk ke dalam tim tersebut," kenang Warisan.
Namun, bukan berarti ayah 2 anak ini menjadi pegawai percetakan kesayangan Dahlan. "Saya sering dimarahinya. Ada-ada saja alasan Dahlan untuk menegur keras kepada saya," sambung Warisan.
Dia paham, bahwa posisinya hanyalah seorang pegawai rendahan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pembelaan kepada bos besar sekaliber Dahlan.
Jadi, dia terpaksa memendam kecewaan saja kalau 'disemprot' Dahlan.
"SK kepegawaian saya pada 1993 ditanda-tangani beliau. Jadi, saya harus tahu diri," jelas Warisan. Waktu itu markas besar Jawa Pos masih di Karah Agung Surabaya.
BUKAN KARENA DENDAM
Tetapi, bukan lantaran sikap keras Dahlan terhadap dirinya kemudian Warisan memiliki pendapat khusus terhadap mantan bosnya itu.
"Sampai hari ini saya tidak memiliki dendam sedikit pun kepada Dahlan. Saya justru menempatkan beliau sebagai pengusaha hebat yang pernah saya kenal," tutur Warisan.
Dia mengaku sangat menghormati Dahlan. Termasuk soal sengketa saham karyawan Jawa Pos. Ini terkait dugaan penggelapan deviden dan saham karyawan Jawa Pos. Kasus tersebut sedang diselidiki oleh Polda Jawa Timur.
Warisan termasuk dalam deretan mantan karyawan Jawa Pos yang bersikukuh, bahwa Dahlan sangat pantas masuk bui.
"Saya telah mendengar kabar, bahwa pemilik saham Jawa Pos yang tinggal di Jakarta sudah memenuhi panggilan Polda Jawa Timur. Saya sangat yakin mereka semua sudah memberikan pernyataan yang jujur kepada polisi," papar Warisan.
Jika kondisinya telah terang-benderang sedemikian rupa itu, lanjut Warisan, maka sudah tidak sepantasnya Dahlan ogah memenuhi panggilan polisi untuk dimintai keterangan.
BACA JUGA: Jeritan Hati Minar dan Harapannya kepada Bu Eric Samola
"Kalau pemegang saham Jawa Pos di Jakarta sudah blak-blakan ke polisi, maka sudah sepantasnya Dahlan bersikap terbuka saja. Dia tak perlu menyimpan rahasia deviden dan saham karyawan Jawa Pos tadi," jelas Warisan.
Kalau Dahlan tetap menyembunyikan rahasia kedua masalah itu ke hadapan polisi, lanjut Warisan, maka biarlah hakim di pengadilan yang memutuskannya secara adil dan bijaksana.
"Data-data yang komplet sudah dipegang polisi. Begitu pula pengakuan direksi dari Jakarta. Kalau Dahlan masih ingkar, maka sudah sepantasnya dia masuk penjara," ungkap Warisan.
Warisan coba beranalisa kecil-kecilan saja. "Sebagai CEO Jawa Pos ketika itu, tentu dia tahu banyak soal keputusan dan strategi perusahaan. Artinya, Dahlan tahu persis soal masuk-keluarnya uang perusahaan," tegas Warisan.
Lebih dari itu, sambung Warisan, sepatutnya top management Jawa Pos berterima kasih juga kepada mantan karyawannya. "Berdasarkan informasi yang saya terima, kasus di atas berlanjut ke kepolisian, karena ada dugaan ketidakberesan manajemen keuangan pada zaman Dahlan," ucap Warisan.
Warisan sendiri mengundurkan diri dari PT Temprina (percetakan milik Jawa Pos) pada pertengahan 2015. "Saya pilih pensiun dini. Sebab, hampir semua teman-teman seangkatan saya dipensiun dini oleh manajemen Jawa Pos. Saya sendiri minta dipensiun-dinikan oleh Jawa Pos, tetapi tidak di-ACC. Akhirnya saya memutuskan untuk pensiun lebih cepat saja," papar Warisan.
Bersama istrinya, Warisan sekarang membuka toko sembako secara offline dan online. "Penghasilan saya untuk menghidupi keluarga memang tidak menentu. Tetapi, saya merasa lebih bahagia," jelasnya.
BACA JUGA: Pinta Mamik: Mohon Segera Berikan Hak Kami
Apalagi kedua anaknya sudah dewasa. Anak bungsunya baru menamatkan kuliah S-1 nya di Binus Malang.
"Apakah pemilik saham Jawa Pos tahu, kalau sebagian besar mantan karyawannya yang sudah renta itu kini dalam kondisi yang memprihatinkan?" tanya Warisan.
Bahkan beberapa orang mantan pegawai Jawa Pos mendadak sakit serius --bahkan ada pula yang meninggal-- lantaran menahan kecewa akibat kesimpang-siuran
kasus deviden dan hilangnya saham karyawan Jawa Pos.
Subianto, misalnya. Teman sekantor dengan Warisan di PT Temprina, meninggal pada pertengahan 2023 karena 'tidak kuat' mengikuti perjalanan kasus tadi. Begitu pula Arifin 'Karah' sempat mengalami stroke.
"Mereka menunggu-nunggu kabar baik soal deviden dan saham karyawan Jawa Pos tadi," kata Warisan.
Itulah sebabnya dia sangat berharap kasus deviden dan saham karyawan Jawa Pos, segera menemui titik terang. "Kasus ini telah menarik perhatian masyarakat luas. Jadi, saya sangat berharap segera mencapai penyelesaian secara baik," ucap Warisan. (*)