COWASJP.COM – "CAIR! Cair! Cair! " Seruan inilah yang selalu dikumandangkan oleh para mantan karyawan Jawa Pos dalam setiap pertemuan dan reuni.
Maksud mereka: hak deviden yang lebih dari 20 tahun tak mereka terima, harus segera dicairkan dan diberikan. Harus segera DICAIRKAN dan diserahkan kepada Yayasan Pena Jepe Sejahtera, badan hukum tempat para mantan karyawan Jawa Pos bernaung.
Deviden itu sampai sekarang (Mei 2024) masih berada di cengkeraman manajemen Jawa Pos.
"Sudah ratusan karyawan Jawa Pos meninggal dunia. Tunggu apa lagi? Yang masih hidup pun sudah tua-tua. Ada yang mendekati usia 80 tahun. Paling muda usia 50-an tahun. Begitu pula para elite pemilik saham Jawa Pos. Pak Goenawan Soesatyo Mohamad misalnya. Lahir 29 Juli 1941, kini usia beliau hampir 83 tahun. Pak Dahlan Iskan hampir usia 73 tahun.
BACA JUGA: Dengan Hati yang Berat, Warisan Berkata: "Jika Masih Ruwet, Pak Dahlan Layak Dihukum"
Catatan: Pak Dahlan Iskan adalah mantan CEO Jawa Pos yang berdasarkan RUPS Jawa Pos tahun 2001 ditugasi mengelola 20 persen saham karyawan Jawa Pos. Dan, ditugasi segera membentuk badan hukum yang baru (Yayasan Karyawan) yang menaungi para karyawan Jawa Pos. Namun, Yayasan tersebut baru didirikan tahun 2023.
"Karena itu, kasus saham dan deviden mantan karyawan Jawa Pos harus segera diselesaikan. Cairkan segera hak deviden kami. Semuanya bisa dirundingkan dengan pengacara kami. Jangan terjebak pada masalah siapa yang salah. Bagaimana deviden segera cair itulah tujuan utama kita," kata Soerijadi, salah seorang mantan karyawan Jawa Pos yang mewakili kaum akar rumput.
BACA JUGA: Pinta Mamik: Mohon Segera Berikan Hak Kami
'Kapan lagi kalau tidak sekarang. Wong Yayasan Karyawan Jawa Pos sudah terbentuk. Mohon Pak Goenawan dan para pemilik saham di Jakarta membantu proses pencairan deviden yang menjadi hak karyawan," mohon Soerijadi.
Ya, Soerijadi adalah sosok yang mewakili kaum akar rumput Jawa Pos. Masuk Jawa Pos tahun 1988 sebagai OB (office boy). Dan terakhir tugasnya meningkat sebagai aparat iklan jitu. Dia orang bawahan, tapi siapa orang Jawa Pos yang tidak mengenalnya? Bisa dipastikan semua orang Jawa Pos kenal Soerijadi. Dari level bawah sampai puncak. Sebab, orangnya ringan tangan. Siapa pun yang meminta bantuan atau pertolongannya, dia selalu siap. Suka bercanda dan aktif bergaul dengan sesama karyawan.
BACA JUGA: Goenawan Mohamad Dkk Hadir di Polda Jatim, Ratna Dewi Segera Dipanggil Ulang
Dia terpaksa menjual satu dari dua sepeda motornya untuk biaya sekolah kedua anaknya, kelas 3 dan kelas 2 SMA. Hidupnya kekurangan. Isterinya juga sedang sakit usai kecelakaan tunggal pada 23 Februari 2024 malam. Mungkin ngantuk saat mengendarai sepeda motor pulang dari bekerja di Surabaya. Sempat masuk ICU RSUD Sidoarjo. Sampai sekarang daya ingatnya belum pulih 100 persen.
BACA JUGA: Jeritan Hati Minar dan Harapannya kepada Bu Eric Samola
Sebagian besar para mantan Jawa Pos memang hidup dalam keprihatinan. "Karena itu capailah segera titik temu pencairan. Jangankan yang masih hidup, yang sudah meninggal pun akan kita cari keluarganya untuk menerima hak devidennya. Bisa diberikan kepada isterinya atau suaminya. Atau kepada anaknya, jika suami dan isteri mantan Jawa Pos itu sudah meninggal," ujar Soerijadi yang lahir 2 Januari 1966 itu.
"Alangkah bahagianya kami bila hak deviden telah kami terima. Dengan demikian, Jawa Pos tidak hanya megah gedung Graha Pena-nya, tapi juga mulia para elite pemilik saham dan pemimpinnya. Semoga Allah membuka hati mereka. Aamiin," doa Soerijadi.(*)